Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Saya Mau Karantina

20 Desember 2021   06:40 Diperbarui: 20 Desember 2021   06:51 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini sebetulnya cerita tentang Kamdi, tapi foto Kamdi lagi gak pake baju semua, jadi minjem foto tetangga. Gak boleh ada yang protes! 

Waktu itu Kamdi baru pulang dari Madura. Naik pesawat dari Surabaya. Lagi lagi, perlu dinyatakan dengan jelas ya. Kamdi bukan orang Madura. Cuma Kamdi punya tetangga orang Madura. Baru aja dia bikinin hajatan, bukan buang hajat, di kampungnya. Kamdi di ajak. Karena bukan kampungnya sendiri maka Kamdi berijtihad bahwa hal demikian dapat diartikan juga dengan istilah luar negeri. 

Sesampainya di bandara kotanya, Kamdi langsung mencari petugas karantina.  Susah juga nyarinya. Karena semua orang yang diajak bicara selalu mendengar bahwa Kamdi sedang mencari Kak Ran Tina. Semua orang tentu menggeleng. 

Untung ada ODGJ yang justru memiliki pendengaran normal dan langsung menunjuk tempat yang dimaksud oleh Kamdi. Sambil senyum ramah pula. 

Kamdi langsung menuju kantor itu. Ternyata betul itu kantor petugas karantina. 

"Mau melapor, Pak, " kata Kamdi. 

"Ada apa? " tanya petugas sambil tetap meletakkan kaki di atas meja. 

"Turunin kakinya, Pak. "

"Masa turunin kaki aja lapor? "

"Kaki bapak! "

Petugas itu baru nyadar. Langsung berdiri tegap. Dia baru inget kalau sering ada sidak. Dan petugas sidak suka menyamar sebagai orang kampung. Seperti orang yang sekarang dihadapinya. 

"Ada apa, Pak? " langsung baik karena takut viral. 

"Saya baru pulang dari luar negeri."

"Terus? "

"Saya mau karantina. "

"Boleh."

"Berapa hari? "

"Tiga hari. "

"Kok cuma tiga hari? "

"Emang kenapa? "

"Teman saya karantina 10 hari. "

"Sudah berubah menjadi 7 hari dan sekarang cukup 3 hari. "

"Kok bisa begitu? "

"Dari aturannya begitu. "

"Siapa bikin aturan? "

"Saya tidak tahu, Pak.  Kalau bapak seorang pejabat, malah bisa karantina mandiri di rumah. "

"Lho, kalau karantina mandiri siapa yang ngawasin? "

"Gak ada. "

" Itu sih bukan karantina. Sekarep karepe dewek tak ada yang tahu. "

"Ngomong ngomong, bapak dari luar negeri mana? "

"Madura."

"Haaah! "

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun