Berenam jalan ke kampung sebelah. Ada acara kawinan yang gelar pilm misbar. Namanya anak kampung, tak ada yang lebih indah kecuali nonton layar misbar.Â
Pilm yang diputer pilm remaja. Pemeran utamanya Rano Karno sama Yessy Gusman. Asik banget pokoknya deh. Namanya juga belum punya cewek. Lihat Yessy Gusman kayak lihat bidadari yang baru turun dari kayangan.Â
Persoalannya, pulang nonton pada kelaperan. Tak punya duit buat makan di McD. Eh, lagian di kampung gak ada warung makan.Â
"Lu, tadi lihat gak? " kata si Imron salah satu anggota genk.Â
"Lihat apaan? " tanya Sutoro penasaran.Â
"Waktu kita berangkat, aku lihat ada yang bawa sajen ke pohon asem dekat pertigaan Magangan. "
Jelas sebuah info yang menggembirakan. Tanpa dikomandoi lagi, saat sampai di pertigaan Magangan, langsung saja kami berenam menuju pohon asem.Â
Orang orang di kampungku memang menganggap pohon asem yang entah ditanam oleh siapa dan kapannya tak pernah ada yang tahu itu, dianggap sebagai tempat paling keramat. Bahkan ada yang bilang, pohon asem tersebut bisa dijadikan tempat pesugihan.Â
Tak ada yang berani mendekati pohon asem itu ketika matahari sudah tenggelam. Beredar cerita macam macam tentang keangkeran yang sudah pernah dialami banyak orang.Â
Tapi, rasa lapar kami lebih menakutkan daripada setan pohon asem. Kami pun menemukan sesajen tersebut.Â