Kalau di kampung menjadi RT itu benar-benar panggilan hati dan jiwa. Â Tak dapet apa apa kecuali dapet repot doang. Jadi lurah malah enak dapat sawah bengkok. RT mah pengorbanan luar dalam.Â
Tak salah jika menjadi RT sering dikatakan sebagai calon penghuni surga. Karena ketulusan yang tiada tandingannya.Â
Tapi berbeda ketika mulai hidup di kota besar seperti Jakarta. Menjadi RT menjadi rebutan. Padahal, waktu itu belum dapat tunjangan. Sekarang RT di Jakarta sudah dapat tunjangan, mungkin semakin jadi rebutan.Â
Sebagai pendatang baru di Jakarta, tentu saja saya penasaran saat ada rebutan menjadi ketua RT. Selidik punya selidik, ternyata mereka yang rebutan menjadi ketua RT adalah para pengangguran.Â
Terus buat apa para pengangguran itu rebutan menjadi ketua RT?Â
Penyelidikan berlanjut. Setelah pemilihan selesai, dan sudah ada yang terpilih, saya sebagai pendatang baru tentu lapor lagi. Karena KTP saya masih KTP kampung. Sehingga melapor adalah tindakan paling sesuai dengan aturan.Â
Ketika melapor itulah, saya diberi kertas berupa keterangan tinggal. Wah, bagus juga RT baru ini. Setelah bincang bincang bentar akhirnya pamitan.Â
"Silakan isi kotak sumbangan, " kata Pak RT.Â
Oh, sekarang saya mulai tahu. Ada uang setiap ada keperluan. Gak apalah. Mungkin untuk keperluan RT juga.Â