Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Maha Benar Netizen dengan Jari-jarinya

9 September 2021   16:03 Diperbarui: 9 September 2021   16:06 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Militer dengan persenjataan paling lengkap pun akan keok ampun ampunan jika harus menghadapi jari-jari netizen.  Apalagi cuma begundal begundal yang mencoba peruntungan. 

Tak ada lagi yang bisa menghentikan serangan paling dasyat saat ini kecuali Tuhan. 

Mungkin lima tahun yang lalu pun belum terpikirkan bahwa akan muncul kekuatan yang maha dahsyat yang dapat menghancurkan siapa pun yang selama ini mengaku paling kuat. Tapi, semua itu begitu nyata. 

Ketika jari-jari netizen memfollow, siapa pun akan langsung terangkat derajatnya bahkan tidak jarang juga berbarengan dengan tumpukan pundi pundi yang tiada tara. Demikian juga sebaliknya, ketika jari jemari netizen sudah memutuskan untuk meng-cansel, tak akan ada yang akan bisa menolong nya dari keterpurukan. 

Dulu, begitu mudah mereka yang punya duit untuk memainkan banyak hal. Permainan belakang yang kadang kejam dan sangat mengerikan. Kaum pinggiran tak bisa melawan karena tak punya apa-apa kecuali ghirah pembelaan. 

Sekarang alat itu sudah hadir di tangan. Sehingga mampu membela diri jika dipermainkan oleh kekuasaan dan keuangan. Netizen bergerak begitu masif. Apalagi jika nurani sudah ternodai. 

Kekuatan yang harus tetap dipergunakan untuk membela yg selama ini dilemahkan. Suara Tuhan yang selama ini dibungkamkan. Suara nurani yang selama ini hanya terdengar samar samar di pinggiran. 

Mari kita jaga bersama. Artinya, jangan sampai salah sasaran. Karena suatu saat bisa saja dimanfaatkan oleh orang gila untuk kepentingan picik dirinya. 

Berpikir kritis tetap diperlukan sebelum membela orang yang dikesankan menderita. Penderitaan juga bisa diperdagangkan. 

Semoga kekuatan ini mampu menjadi penghambat kekuasaan dan keuangan yang selama ini congkak mengangkangi nurani dan kebenaran. 

Maha benar netizen dengan gerak lincah jari jemari nya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun