Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Istri Pengin Naik Gaji

1 September 2021   05:10 Diperbarui: 1 September 2021   05:11 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gak ada kopi pagi ini. Tumben. Biasanya bangun pagi karena aroma kopi yang begitu khas karena ramuan tangan koki paling yahud di dunia ini. 

"Tak ada kopi, pagi ini? " tanya Kamdu heran campur penasaran. 

"Tak ada! " jawab bininya sambil jalan ke dapur. 

Kamdi jujur saja baru kali ini diambekin bini. Pantesan semalem ditoel toel tetep diem kaya pohon pisang kebun depan rumah. 

Tapi kenapa? 

Pertanyaan ini yang belum diketemukan jawabannya oleh Kamdi sebagai laki yang baik hati. Apakah kemarin melakukan kesalahan? Kalau kelamaan kan bisa semakin kacau dunia ini. 

Kamdi inget Surya. Teman satu kantornya yang sekarang kerja sambilan. Tiap pagi dia bawa makanan untuk sarapan teman temannya. Dia beli makanan itu dekat rumahnya. 

"Tumben kamu, Sur? " tanya Kamdi. 

"Biniku minta uang belanja tambahan. "

"Masa? "

"Dia bilang pakai istilah negosiasi gaji segala. Selama ini, dia sudah bekerja dengan baik dan benar. Masa gaji tak pernah dinaikkan? "

"Begitu? "

"Heboh."

Dan bini Kamdi kenal banget dengan bininya Suryo. Jangan jangan idenya sudah ditularkan memasuki wilayah otoritasnya. Wah, bisa gawat, pikir Kamdi. 

"Sekarang kopi saset naik lagi, " kemarin Kamdi denger bininya ngeluh gitu. Jangan jangan itu sebuah kode. 

Tapi bagaimana merealisasikan kenaikan gaji bini? Gaji Kamdi di Kantor saja belum ada tanda tanda akan segera dinaikkan. 

"Kita coba negosiasi gaji kita, Sur, " ajak Kamdi. 

"Kalau kita malah dipecat? "

"Daripada dipecat bini? "

Akhirnya, Kamdi dan Surya pun tertawa begitu lepas. Hidup ini terlalu indah untuk tidak dinikmati. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun