Bangun gedung gedung sekolah. Cetak buku buku. Simpan bayonet. Apalagi peluru.Â
Memang susah. Karena mereka sudah puluhan tahun hidup dalam situasi perang. Situasi yang menuntut kewaspadaan. Juga kelihaian. Membunuh atau dibunuh duluan.Â
Tak secepat membalikkan tangan. Tapi sejarah harus diikuti tanpa kesah. Zaman punya dunia masing masing.Â
Dan masa depan Afganistan tentu ada pada anak-anak yang sekarang masih terus bertanya. Kenapa negerinya terus dilanda perang. Kenapa negerinya lupa untuk mengurus masa depan.Â
Yah, semoga tak muncul lagi di televisi. Taliban sedang menenteng senapan. Mereka sudah berganti pemikiran. Bukan lagi perang yang mendera otaknya, tapi bagaimana memenangkan perdagangan dengan China, Rusia, dan Amerika.Â
Semoga saja.Â