Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presiden Jokowi pun Menjadi Kurus

19 Agustus 2021   07:02 Diperbarui: 19 Agustus 2021   07:09 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi (Dari: Kompascom)

Pada Hari Rabu, 18 Agustus 2021, Pemprov Bali mengunggah Youtube kegiatan Presiden kelima, Megawati Soekarnoputri. Salah satu yang dikatakan Megawati adalah tentang Presiden Jokowi yang kurus. Kenapa? Karena mengurusi kita semua. 

Megawati bahkan sampai menangis sendiri ketika melihat hinaan yang dialamatkan kepada Presiden yang sedang menjalani priode keduanya tersebut. Hinaan itu keterlaluan. 

Di sisi lain, memang ada mural tentang sosok Presiden yang sosoknya kurus itu yang matanya ditutup tulisan "404: Not Found". Bahkan mural itu sudah ada yang mengangkatnya menjadi gambar di kaos yang kemudian dijualnya secara online. 

Ada apa dengan kedua kejadian tersebut? 

Kita melihat cara berdiri yang ekstrem. Di satu sisi terlalu membela sosok. Kenapa kita harus peduli dengan kekurusan atau kegemukan seorang Presiden?  Lebih menohok lagi jika pertanyaan itu dipertajam menjadi, apakah tingkat kekurusan menjadi barometer kerja seseorang? Gemuk pasti malas berpikir apalagi memikirkan orang lain? 

Sementara di sisi lain, serangan pada sosok Presiden, bahkan dengan bentuk mata tertutup adalah sebuah penghinaan.  Jangan kan terhadap seorang Presiden, terhadap siapa pun, penghinaan harus selalu dihindari. Apalagi kita sudah sering mendengar dan tentu sudah tertanam dalam hati paling dalam kita bahwa kita adalah bangsa yang berbudaya. 

Negara tidak boleh bergantung pada sosok. Ada orang yang bilang bahwa, siapa pun yang dipilih menjadi presiden Amerika, negara itu tetap sama. Kenapa? Karena Amerika tidak pernah bergantung pada sosok presiden. Sistem di negara itu sudah terlalu kuat. 

Seharusnya sebuah negara memang bergantung pada sebuah sistem. Perkuat sistem untuk memperkuat sebuah negara. Hanya dengan sistem yang kuat, karut marut saat ini bisa teratasi. 

Tidak ada pemujaan terhadap sosok secara berlebihan sehingga tidak rasional. Juga tidak ada serangan brutal tanpa dasar terhadap sosok. 

Lalu? 

Jika kita memuja, arahnya pada sistem yang bagus. Sistem yang sudah dipenuhi perangkat untuk menghadapi setiap gejolak. 

Jika kita mengkritik, maka alamatnya adalah kebijakan. Karena kebijakan lahir dari sebuah sistem, bukan sosok. 

Mari kita berpikir dengan lebih baik. Tak usah lebay. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun