Dua malam berturut-turut aku mimpi bertemu badut itu. Badut yang sama. Bukan lucu tapi menyeramkan.Â
"Kenapa tidak lari? "
"Kakiku seperti terpaku. Sama sekali membandel terhadap perintah otak. Bahkan ketika otak sudah sampai memohon mohon. "
"Terus? "
"Tapi kemudian aku sadar, inj pasti mimpi, kataku dalam hati. Aku pejamkan mata. Kini aku berupaya untuk bangun dari mimpi. "
"Berhasil? "
"Iya. Aku terbangun dengan hati yang masih deg degan. "
Semalam datang lagi dia. Wajahnya lebih seram. Dan dia sepertinya lebih gesit.Â
"Ketangkep? "