Baru kali ini saya menjumpai seorang anggota DPR yang berangkat kerja dan pulang kerja naik KRL Commuter Line. Tentu ini bukan pemandangan yang biasa. Karena berita yang muncul di koran koran dan di televisi anggota DPR bahkan akan mendapatkan nomor mobil khusus.Â
Kalau sudah minta atau diberi atau diapakanlah namanya, nomor mobil khusus, biasanya juga akan minta kekhususan kekhususan berikutnya, misalnya saja jalur khusus, atau pengawalan khusus.Â
Ini beda. Anggota DPR ini saya temui sedang naik Commuter line. Bahkan tidak canggung ngobrol dengan penumpang Commuter line lainnya. Dengan santai. Mungkin orang orang yang diajak ngobrol juga tidak tahu kalau orang yang sedang diajak ngobrol ternyata seorang dari warga negara terhormat.Â
Akrab banget. Kadang muncul celetukan rakyat jelata yang capai melihat para wakilnya yang suka petakilan, bahkan jadi embahnya koruptor juga. Dan anggota DPR itu sikapnya biasa saja.Â
Mungkin dialah wakil rakyat sejati. Selalu bergaul dengan rakyat untuk memperoleh aspirasi. Tidak perlu biaya apa apa. Bahkan tak perlu waktu khusus segala.Â
Keheranan saya semakin memuncak ketika suatu sore Commuter line mendapat gangguan mendadak. Saya mencari warkop dekat stasiun. Wah, ternyata cukup ramai juga.Â
Dan anggota DPR itu ternyata ada di situ. Sedang ngopi yang harganya cuma dua ribuan. Â Malah saya lihat kadang-kadang kakinya yang satu diangkat ke atas bangku. Mirip Kardi tukang becak.Â
Asyik banget ngobrolnya.Â
Mungkin cuma saya yang tahu kalau laki-laki itu anggota DPR. Karena saya seorang wartawan yang cukup lama ditugaskan di DPR. Beberapa kaki ketemu laki-laki itu.Â
Di gedung DPR laki-laki itu selalu dapat duduk paling belakang. Tidak pernah tersorot lampu televisi. Karena televisi sibuk dengan anggota DPR yang rajin bicara dan yang ngantuk dengan lelapnya.Â
"Bapak gak bawa mobil dengan nomor khusus? " tanya saya waktu warkop sudah mulai sepi.Â
Laki-laki anggota DPR itu agak kaget juga mendapati orang yang mengenalinya.Â
Kemudian dia segera bergegas pergi. Mungkin takut akan banyak yang mengenalinya. Nanti dikira sedang mencari popularitas belaka.Â
Saya biarkan dia pergi. Saya tak ingin berkata apa apa lagi. Karena anggota DPR seperti itu tak mungkin ada di negeri ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H