Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mas Menteri Saja Sarjana Hubungan Internasional

27 Maret 2021   14:17 Diperbarui: 27 Maret 2021   14:17 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ah, jangan terlalu dipusingkan dengan jurusan. Tak ada yang salah jurusan. Benar, tak ada. Contohnya, Mas Menteri yang sarjana jurusan hubungan internasional juga bisa jadi Menteri Pendidikan dan kebudayaan yang bagus. Bukan dari IKIP. 

Segala sesuatu memang terus berubah. Dan tak ada yang tak berubah kecuali perubahan itu sendiri. Jadi, bersiaplah untuk selalu berubah. 

Setiap kalian mengemukakan pikiran di depan orang banyak, kemungkinan besar orang banyak itu terbelah menjadi dua. Sebagian setuju dan sebagian lagi tidak setuju. 

Kenapa ada orang yang tidak setuju dengan pemikiran baru? 

Karena otak mereka sudah tekunci. Tidak siap untuk menghadapi sebuah perubahan. Ketika ada perubahan di depan mata, maka sikap mereka cuma bisa menolak nya. Tidak mau berubah. Perubahan dianggap sebagai lonceng kematian. 

Bukan cuma orang bodoh yang alergi terhadap perubahan. Banyak juga orang pandai. Akan tetapi orang pandai yang otaknya sudah terkunci. Dan selalu fobia terhadap perubahan. 

Kenapa ada orang antusias terhadap perubahan? 

Karena mereka sudah belajar dengan baik tentang bagaimana belajar dengan baik. Setiap waktu akan terus dijadikan pembelajaran. Pembelajaran adalah kegiatan sepanjang hayat. 

Ketika ada perubahan di depan mata, mereka siap untuk menjadi agen perubahan. Istilah yang sering dibangun seorang ahli manejemen Reinal Kasali adalah para supir, bukan para jiwa penumpang. 

Menjadi sarjana bukan untuk sebuah kertas bernama ijazah. Pendidikan di perguruan tinggi harusnya sebagai arena penggemblengan bagi para jiwa pemimpin. Para pengambil keputusan. 

Mereka memang sarjana pertanian, tapi pemikiran mereka tidak terkotak dalam sebuah kotak bernama pertanian. Memang sarjana pendidikan, tetapi mereka tidak terjebak dalam kolong pendidikan. Mereka sarjana hubungan internasional, akan tetapi jiwanya adalah jiwa pemimpin tangguh yang siap berada di depan. 

Seorang Nadiem Makariem pasti tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang Menteri Pendidikan ketika memilih kuliah di jurusan hubungan internasional. Nadiem juga tak mungkin berpikir menjadi bos gojek. 

Pemikiran orang hebat akan melebihi sekat sekat setebal dan sekokoh apa pun sekat tersebut. Mereka akan mengatasi segalanya. Pemikiran mereka adalah pemikiran yang berorientasi pada masa depan. 

Dan negeri ini buruh para pemuda berjiwa pemimpin. Berani bertindak dan memutuskan. Berani berubah dan berubah. Bahkan berani menjadi inisiator perubahan itu sendiri. 

Masih bicara jurusan? Ah, jadul! 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun