Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dua Istri Pak Saidun dalam Soal Ulangan SD

23 Maret 2021   16:40 Diperbarui: 23 Maret 2021   16:58 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemampuan guru dalam membuat soal masih sangat memprihatinkan. Baru kemarin saya mengembalikan soal US salah satu mapel yang dibuat dengan cara yang salah. Dan karena kesalahannya sangat mendasar, akhirnya guru tersebut disuruh menulis dari awal lagi. 

Belum lama juga ada guru yang menulis soal tentang Anis dan Mega. Kemudian juga di Jawa Tengah ada soal tentang Pak Ganjar. Sebetulnya, bukan karena nama nama itu saja tapi juga kemampuan guru guru dalam membuat soal memang memprihatinkan. 

Barusan membaca seorang Indonesia yang menjadi dosen di salah satu negara Eropa dalam twit-nya tentang soal di sebuah SD yang kabarnya ada di daerah Tangerang Selatan. 

Kenapa soal anak SD tentang zakat, bunyi soalnya tentang Saidun yang memiliki istri dua? 

Kalau guru pembuat soal sedikit berpikir, tentunya untuk menambah jumlah pembayar zakat dalam sati rumah mestinya anaknya yang berjumlah dua. Karena kalau istrinya yang berjumlah dua malah akan membingungkan anak anak. 

Dan secara psikologis, seorang anak tidak seharusnya diajarkan tentang seorang istri. Terlalu jauh sekali dunianya. Atau gurunya yang memang berhasrat banget memiliki istri dua? Sebuah obsesi yang tak bisa dibendung lagi? 

Ujian Nasional memang menjadi biang keroknya. Sejak ada ujian nasional, guru dicabut haknya untuk menilai pembelajaran anak didiknya. Penilaian diambil alih oleh negara melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

Sebagai akibat lanjutannya, ulangan semester juga kewenangannya diambil paksa oleh dinas pendidikan sebagai persiapan UN. Sekolah harus memiliki standar tingkat kabupaten atau kota. 

Guru guru tertentu saja yang dilatih membuat soal. Guru guru lain tinggal memakai soal yang sudah disediakan, baik oleh Dinas Pendidikan maupun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Akhirnya, guru tak lagi bikin soal. Akhirnya, tak pelatihan pembuatan soal yang baik dan benar untuk guru guru secara keseluruhan. 

Akibatnya, ketika pembuatan soal diserahkan kembali kepada guru, guru pun kelabakan. Orang belum pernah diajari berjalan langsung disuruh lari. Akhirnya, nabrak sana dan nabrak sini. 

Soal tentang Anis dan Mega. Soal tentang Ganjar. Dan soal tentang Saidun yang beristri dua adalah puncak gunung es persoalan ketidakmampuan guru guru dalam membuat soal. 

Guru guru harus diberikan pelatihan untuk membuat soal yang baik dan benar. Jika hal seperti ini dibiarkan, pendidikan akan menjerumuskan generasi muda kita. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun