Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kita Bisa Bersama, Toh?

19 Maret 2021   05:26 Diperbarui: 19 Maret 2021   05:42 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau kita tinggal di kompleks perumahan yang asri, tentu sangat asik bersepeda di situ. Bukan hanya aman dari kemungkinan begal sepeda tetapi juga aman dari kemungkinan diseruduk motor. 

Tapi, lebih banyak hidup di perkampungan. Tak ada jalan mulus untuk bersepeda dengan aman. Adanya gang senggol yang saling serobot ruang yang rak seberapa itu. 

Paling bisa agak nyaman kalau ada sedikit tanah lapang. Sehingga, terutama anak anak bisa dengan senang bersepeda. Semoga RPTRA semakin banyak disediakan oleh pemerintah agar anak anak di lingkungan padat masih bisa memiliki ruang bernafas bersama yang lebih baik. 

Kalau yang punya mobil, lebih asik lagi. Bisa sepedaan di Taman Mini, di Ragunan, Monas, atau sambil menikmati pantai Ancol.  Lokasi lokasi tersebut sangat bagus sekali untuk menghabiskan hobi bersepeda siapa pun. Aman, nyaman, dan tentunya juga penuh kenangan. 

Persoalan persepedaan muncul ketika berebut ruang di jalan raya. Jalan raya yang tidak memiliki jalur sepeda. Jangankan di jalan raya yang tidak memiliki jalur sepeda, di jalan raya yang memiliki jalur sepeda pun masih sering terjadi penyerobotan. 

Pemotor di Jakarta memang tidak ada duanya. Jumlah mereka yang begitu banyak, kadang memunculkan prilaku bar bar nya. Apa pun bisa dilakukan oleh para pemotor itu. Dan semuanya hampir dapat dikatakan harus mengalah. 

Trotoar yang disediakan untuk para pejalan kaki saja, sudah terbiasa mereka serobot. Bahkan kadang pejalan kaki kena marah jika tidak memberikan ruang untuk para penyerobot bar bar tersebut. 

Apalagi cuma jalur sepeda yang hanya diberi tanda garis. Pemotor itu begitu menjengkelkan. 

Ketika bersepeda di jalan raya sebaiknya memang tidak bergerombol atau cukup satu baris saja. Sayangnya, para pesepeda itu, jika sudah berombongan juga selalu merasa jadi raja.  Mereka kadang sampai berbaris tiga baris. Kendaraan lain pun terganggu. 

Kalau kendaraan lain tampak tenang, hal itu dilakukan cuma karena tak ingin ribut. Apalagi jika rombongan pesepeda itu banyak, ngeri juga kalau sampai dikeroyok. 

Sebaiknya juga tidak sambil ngobrol. Pesepeda yang sering berombongan suka lupa, asik ngobrol mengganggu pemakai jalan yang lain. 

Berbeda dengan pesepeda rombongan, jika ada pesepeda sendirian, kadang dijahili pemotor. Pemotor yang tak sabar karena harus buru buru sering menganggap pesepeda mengganggu laju motornya yang seakan sedang berada di sirkuit. Klakson pun terlalu sering terdengar oleh pesepeda sendirian di jalan raya. 

Kadang malah cuma bisa mengurut dada sambil berucap "syukur tidak tertababrak. "

Oleh karena itu, etika bukan hanya untuk para pesepeda. Etika juga harus berlaku untuk mereka yang tak bersepeda terhadap pesepeda. 

Kita bisa bersama sama memanfaatkan ruang yang ada. Tak perlu berebut. Cukup saling menghormati dan menghargai. 

Selamat hari Jum'at bagi yang merayakan nya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun