sore tak begitu lengkap walau di meja ada secangkir kopi dan sebungkus rokok
suara mu belum menyapaku untuk mengubah merah menjadi biru
iya. Suara yang selalu mengingatkan untuk selalu ingat pada surga dann kenikmatan
dan teleponku bergetar oleh masuknya panggilanmu yang sudah kuharap
ada apa?Â
aku ingin putus, tus, tus, tus
lalu kau menangis tanpa aku mengerti sabab musababnya
selalu saja kau tinggal surgamu begitu saja seolah tak lagi berharga
aku tersenyum pada matahari yang terburu buru turunÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H