"Setiap langkahku adalah keyakinan. "
"Dipikirlah lebih serius. "
"Aku tak pernah main main. "
Tak ada yang menyetujuiku. Semua menentangnya. Bukan aku kalau mundur jika ada yang menentang langkahnya.Â
Semakin ditentang berarti semakin harus. Â Semakin memacu adrenalin. Semakin memdekat untuk ditundukkan.Â
"Apa sih keistimewaannya? "
"Sulit untuk diucapkan. "
"Sebegitu sakitnya? "
"Ya."
Dan mereka mulai mengakui kegigihan ku. Tak ada lagi yang menentangnya. Paling tidak jika di depan mata. Kalau gunjingan di belakang, biarkan saja.Â
Hari ini, aku sudah putuskan untuk melamarnya. Â Dan aku datang sendiri. Karena aku tak ingin dunia ini ribut dengan otak otak mereka yang tak bisa menolerir sedikit perbedaan.