Ada gigil yang begitu sayat
Antara wajah yang tengadah
Di peluk-Mu
Ada langit yang teduh
Mencatat setiap peluh
Kehidupan sederhana
Ada kota yang terburu
Menuju lukisan palsu
Senja yang ungu
Ada gigil yang begitu sayat
Meratap pelan
Membungkam
Ada sinar temaram
Menampar-nampar gelap malam
Dosa para pendurhaka
Anjing melengking
Di taman kota yang basah
Menebar resah
Ada yang duduk gelisah
Menanti kisah yang tertunda
Di pinggir desa
Wajah mungil ituÂ
Seakan mengertiÂ
Alur yang abadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H