Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Berharap Isi dari Demokrat, Bukan Sampah

11 Februari 2021   05:28 Diperbarui: 11 Februari 2021   05:40 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika semua partai bergerombol bersama pemerintah, ngapain ada banyak partai? Cuma untuk menjadi paduan suara? Alangkah menyedihkan nya sebuah negeri yang kondisinya seperti itu. 

Dalam sebuah negara demokratis, keseimbangan itu sangat diperlukan. Bukan hanya pemerintah harus kuat, karena kalau pemerintah lemah juga percuma tidak bisa berbuat apa apa. Akan tetapi juga, oposisi harus kuat. Oposisi yang lemah cuma jadi pajangan wagu saja. Tak punya fungsi kontrol. Kemungkinan pemerintah menjadi otoriter akan mudah terwujud. 

Saat ini, di negara kita, posisi pemerintah sangat kuat. Karena oposisi tinggal PKS sendiri. Sementara Demokrat masih belum mampu menunjukkan jenis kelaminnya. 

Kondisi oposisi yang lemah berakibat pada kontrol yang lemah juga. Setiap keinginan pemerintah sudah dapat dipastikan akan lolos dengan mudah di Senayan.  Seperti kita dapat saksikan selama ini. 

Agar demokrasi sehat, Demokrat sebaiknya jelas posisinya saat ini. Langsung saja deklarasikan sebagai partai oposisi sehingga orang juga akan jelas melihatnya. Demokrat sendiri akan mudah merumuskan posisi sendiri saat berhadapan dengan pemerintah. 

Berharap pada PKS akan sulit. Karena selama ini, PKS belum mampu bergerak di isu isu substantif. PKS terlihat hanya ingin aman menjaga konstituennya belaka. Sehingga permainan cukup di permukaan. 

Jika Demokrat menjadi oposisi, sebetulnya banyak keuntungan yang bisa didapatkan.  Bahkan Demokrat bisa masuk ke isu isu substantif karena Demokrat sudah pernah memerintah negeri ini selama dua periode. Pengalaman yang hanya bisa dikalahkan Golkar di zaman Soeharto. 

Lontaran isu kudeta oleh Demokrat bagi sebagian orang jelas bukan isu substantif. Hanya berpikir tentang dirinya sendiri. Padahal banyak isu yang menyentuh banyak nasib rakyat. 

Bukan Sampah yang diinginkan oleh rakyat, tetapi isi. Jika isi yang dilontarkan Demokrat, rakyat pasti akan berbondong kembali mendukung Demokrat. 

Jangan sampai menjadi oposisi hanya bergerak di kulit kulit seperti PKS. PKS sudah cukup nyaman di situ. Perolehan suaranya tidak berkurang dari tahun ke tahun pemilu. 

Demokrat akan jeblok jika seperti itu. Berbeda jika Demokrat bermain di isu substantif. Tawaran tawaran alternatif yang pernah dilakukan sebagai keberhasilan selama berkuasa. 

Ya, semoga Demokrat mampu mengubah dirinya menjadi lebih jelas. Duduklah sebagai oposisi. Karena itu yang dibutuhkan rakyat negeri ini. Ada keseimbangan kekuasaan antara pemerintah dengan oposisi. Pengalaman berkuasa dapat menjadi alternatif kebijakan pemerintah yang berkuasa saat ini. 

Bukan sampah yang dilontarkan tapi isi. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun