Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies Baswedan Dihabisi di Senayan

9 Februari 2021   05:34 Diperbarui: 9 Februari 2021   05:45 3434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cukup sampai di sini, Anies Baswedan. Dan Anda silakan kembali ke alam Anda. Kira kira begitulah pesan yang disampaikan dari Senayan untuk Anies Baswedan. 

Setelah mengalami gonjang-ganjing, kemudian berakhir dengan hanya menyisakan PKS dan Demokrat yang mendukung perubahan UU Pemilu. Semua partai lainnya sudah menyatukan suara. Kita sedang menghadapi marabahaya virus korona. Kita harus bersatu padu menghadapi marabahaya tersebut. Utak atik UU Pemilu sudah jelas merupakan pintu paling lapang untuk memamerkan perseteruan. 

Sekuat pa pun teriakan kedua partai pendukung perubahan, tak akan bisa berbuat apa-apa. Situasi sudah dikunci. Silakan cari ruang lain untuk ekpresi diri, jika kalian berdua hendak melakukan nya. 

Benarkah hanya untuk korona, pintu perubahan kemudian dilempar dari Senayan? 

Ada yang memaknai lain. Pergerakan yang terasa tapi sering dianggap halu dan serupa hantu. Sesuatu yang biasa dalam politik. Permainan harus cantik. Bukan berpolitik kok meneriaki pihak lain, sehingga jadi impoten ketika pihak lain bilang tak berhasrat untuk menunggangi nya. 

Siapa bilang 2024 masih jauh. 2024 itu sudah ada di otak para perencana itu. Mereka sudah menyusunnya sedemikian rupa. Kalau ada yang bilang belum memikirkan ke arah sana, berarti orang itu sedang pura-pura gila. 

Seperti lautan. Di atas tampak tenang. Di bawah penuh arus saling menyilang. Siapa pun yang hanya mau berpikir tentang permukaan, kakinya sedang tak punya pijakan. 

Politik harus bisa membayangkan aneka kemungkinan. Kalau bisa dihadang kenapa harus dimuluskan? Lalu, langkah pun di susun. Dan daftar nama korban mulai diberi tanda agar jangan sampai lupa. 

Anies Baswedan sempat memiliki potensi besar bertarung di gelanggang nasional.  Tempat duduknya di Merdeka Selatan adalah tempat paling dekat ke Merdeka Utara dibanding yang lainnya. 

Apalagi sudah sempat punya dukungan real yang tak mungkin mengkhianati dia.  Tinggal memainkan isu lain, maka akan datang lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun