Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tentang Laki-Laki yang Kaubunuh dalam Mimpimu

1 Februari 2021   15:22 Diperbarui: 1 Februari 2021   15:32 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semakin keras keras kamu tahan keinginan itu, semakin mendesak keinginan itu menuntut dipenuhi. Kamu pun merasa kalah. 

"Laki-laki itu?"

"Iya. Laki-laki itu."

"Haruskah kubunuh?"

"Iya. Harus kaubunuh."

Kamu seakan dituntun oleh semburat hasrat yang sangat berat. Terus menatap wajah laki-laki yang selama ini telah memperkosamu berkali-kali. 

"Dia sedang tidur."

"Aku yang menidurkan dia, biar kamu gampang menggorok lehernya."

"Aku tak bisa?"

"Kamu akan terus disiksanya. Mau?"

Kamu menggeleng. Tapi juga tak bisa membunuh sambil menatap wajahnya. Bagaimana pun juga dia ayah dari anak-anak yang kulahirkan. 

"Pejamkan matamu!"

"Tapi otakku gak bisa terpejam."

"Kamu copot dulu otakmu."

Dia mendekatimu. Entah bagaimana caranya, dia pelan pelan mengambil sesuatu dari kepalamu. Kamu cuma meringis karena geli. Tapi kamu kemudian kaget ketika melihat dia sedang memegang otakmu di tangannya. 

Kamu merasa ringan. Kepala mu seakan melayang di udara lepas dari leher. Kadang kadang mendadak hinggap di tempat semula. 

"Lakukan!"

"Tapi aku gak bisa berpikir jadinya kalau otakku kamu ambil."

Entah kenapa. Kamu merasakan ada sesuatu yang diselipkan di kepalamu. Lalu pelan pelan kamu bisa berpikir. Tapi kamu lupa bagaimana menggunakan pisau. 

"Pisau ini untuk apa?" tanyamu pada dia. 

Dia menjadi pusing sendiri. Ternyata dia cuma memasukkan setengah dari otakmu sehingga berpikir mu tak penuh. 

"Adakah cara membunuh yang lebih efektif?"

Dia berpikir keras. Dia memang tak ingin memaksamu. Tapi dia juga tak ingin kamu menjadi lemah di hadapan laki-laki itu. 

"Begini saja. Kamu potong bagian laki-lakinya."

"Nanti aku tak bisa..."

"Tapi kamu kan sering merasa diperkosanya?"

"Aku tak bisa melakukannya."

Dia tampak putus asa. Akhirnya dia menuntun tanganmu menuju lehernya. Darah muncrat dari situ. 

"Bangun, Bu."

Kamu gelagapan. 

"Kamu mimpi apa lagi?"

Kamu bingung menjawabnya. 

"Besok ayah antar ke psikolog saja. Kamu sepertinya punya masalah berat. Jangan dibiarkan. Nanti kamu bisa gila."

Kamu cuma bisa menangis. Bingung dengan dirimu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun