Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kematian yang Sudah Direncanakan

28 Januari 2021   11:30 Diperbarui: 28 Januari 2021   12:01 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oh, iya. Aku ini cucu dari anak pertama nenek.  Aku sendiri bungsu dari 8 bersaudara. Kakak kakakku sudah menikah semua. Aku sendiri baru lulus kuliah guru. Pengen ngajar di kampung biar tetap dekat dengan orang tua. 

"Iya, nek. "

"Perut jangan terlalu dimanja. Bisa mencelakakan juga. "

Setelah kakek meninggal, nenek selalu solat malam. Dulu, waktu masih ada kakek hanya sekali sekali makmum pada kakek. 

"Harus ada yang melek malam. Bersibuk dengan Tuhan. Kalau sepi malam malam, Tuhan akan hadit lebih dekat. "

Ya. Kematian nenek ini sudah diketahui. Bahkan sudah direncanakan. Semua keperluan sudah disiapkan sendiri. 

"Ada batas waktu yang tak mungkin kita maju mundurkan. Sehingga kamu juga mempersiapkan dengan baik. "

Pagi tadi. Ketika Subuh, semua keluarga sudah sampai di rumah ini. Dan ketika hendak diajak solat subuh, ternyata nenek sudah pergi. 

Sekali lagi, walaupun kami tahu jika nenek akan pergi hari ini, tetap saja kami tak bisa membendung air mata itu mengalir. 

"Kematian itu hal biasa. Jangan kamu tangisi. "

"Iya, Nek. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun