Raisya memang selama pjj tak lagi mendapatkan keluhan. Beberapa guru malah menunjukkan nilai ulangan Raisya yang berubah menjadi bagus.Â
"Siapa dulu dalamnya? "
Aku cuma bisa tersenyum. Akan kah berubah menjadi malas belajar kalau aku tak mau datang ke rumahnya lagi atau dia tetap akan rajin? Pertanyaan ini sulit aku jawab. Karena pertanyaan berikut nya akan lebih berat. Bagaimana kalau Raisya kembali bandel?Â
Perhatian yang kuberikan kepada Raisya memang cukup banyak. Dia sudah begitu dekat. Beberapa kali malah datang ke sekolah membawakan makan siang untuk ku.Â
Mungkin Raisya memang butuh figur seorang ayah yang sudah meninggalkannya. Justru di saat Raisya membutuhkan.Â
"Mungkin aku tak datang ke sini lagi. "
"Jangan sama sekali. Saya lihat Raisya masih membutuhkan kamu, Mas. Datang lah sekali kali demi Raisya. "
Aku dekati Savat. Aku peluk dia. Seandainya dulu kita disatukan. Ah, jangan mengandai ngandai. Waktu tak mungkin berputar ke belakang.Â
Mungkin ini pelukan terakhir.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H