Perjalanan hidup emang penuh misteri. Apalagi yang namanya jodoh. Misteri banget. Kadang-kadang tak disangka sangka, setelah berpetualang ke sana ke mari, ternyata jodoh kita justru tetangga rumah.Â
Seperti aku. Entah kenapa, akhir akhir selalu saja ada momen yang mendekatkan aku dengan Rina. Tetanggaku dan teman sekolah dari tk, SD, hingga SMP. Baru ketika SMA aku dan Rina beda sekolah.Â
Aku di sekolahkan di kampung ibuku. Tegal. Tiga tahun aku menjadi orang ngapak ngapak. Dan banyak cerita manis di sana.Â
Untung aku dapat kuliah di Jakarta, jadi aku berkumpul lagi dengan keluarga ku. Â Ketika kuliah, aku jarang lihat Rina. Katanya sih dapat kuliah di Jogja.Â
"Gawe di mana? " tanyaku saat ketemu pertama di angkot yang akan membawa kami menuju dunia kerja.Â
"Di Sudirman, deket Atmajaya. "
Entah kenapa obrolan aku dengan Rina menjadi begitu kaku. Padahal, dulu kami begitu akrab.Â
Ketika aku sudah bawa motor, beberapa kali aku tawarkan untuk berangkat bersama, tapi dia masih menolak nya.Â
Tapi akhirnya, kegigihan ku dalam menawarkan membuat Rina tak enak terus menolak. Setiap pagi kami berangkat bersama.Â
Bukan hanya berangkat, akhirnya  pada saat pulang pun aku menjemputnya. Dan setelah beberapa lama, akhirnya, kami resmi jadian.Â
Tapi, itulah tadi. Hidup ini penuh misteri. Apalagi jodoh.Â
Beberapa kali kami bertengkar. Untung kami segera bisa menemukan jalan keluar untuk kembali melangkah bersama sama.Â
"Mungkin kita harus berpikir tentang pernikahan, " kata Rina ketika kami dalam perjalanan pulang.Â
Karena ini hal serius, aku belokkan motor ke resto yang kami lewati. Tak mungkin membicarakan hsl serius kok di jalanan yang bising.Â
Rina belum tahu kalau akhir akhir ini hatiku semakin gelisah saja. Teman bapakku beberapa kali menelepon bapak dan selalu membicarakan anaknya untuk dijodohkan denganku.Â
"Akhlak nya karimah, " kata bapak.Â
"Hanya karena dia berjilbab? Dan kebetulan Rina belum berjilbab? "
"Tidak hanya itu. "
Aku pernah dengar kalau Rina memang pernah pacaran waktu SMA. Kata bapakku Rina kalau pacaran sampai malam. Sampai beberapa tetangga menegurnya.Â
Tapi itu dulu.Â
"Kapan aku harus melamarmu? "
"Secepatnya."
"Kenapa secepatnya? "
"Karena diam diam ada yang mengincarmu. "
Kemungkinan Rina sudah tahu. Maklum, ibu ibu biasanya akan cepat menebarkan gosip. Mungkin gosipku dengan anak teman bapak sudah sampai ke telinga Rina.Â
"Baiklah. Tapi, coba sebutkan satu alasan saja kenapa aku harus bersama mu? Harus memilihmu? "
Rina tertunduk. Seakan hampir menangis.Â
"Karena aku sayang kamu. "
Aku mencium keningnya.Â
"Rasa sayang itu yang akan menjaga kita berdua. "
Aku peluk Rina. Tak akan kulepas lagi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H