Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Asesmen Nasional Diundur Oktober

20 Januari 2021   15:02 Diperbarui: 20 Januari 2021   15:09 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika ada simulasi Asesmen Nasional, beberapa sekolah kesulitan mengikutinya. Padahal, satu sekolah hanya diminta menyertakan sekitar 5 orang siswa. Kalau simulasi nya saja tak bagus, bagaimana pelaksanaan nya? 

Ketika Ujian Nasional sudah berjalan dengan baik. Sehingga pelaksanaan Ujian Nasional berbasis komputer dapat dikatakan berhasil dengan baik. Tak ada masalah berarti dalam pengelolaan nya. 

Dilihat dari jumlah peserta, jelas beda jauh. Untuk Asesmen Nasional hanya sekitar 40-an peserta didik yang diikutkan secara acak. Bahkan dalam simulasi cuma 5 peserta didik. Tapi kesiapan Asesmen Nasional tampak tidak jelas. Penurunan banget, kata seorang teman. 

Rencana awal Asesmen Nasional akan dilaksanakan pada Bulan Maret atau April. Waktu yang biasanya dipergunakan untuk pelaksanaan ujian Nasional juga.

Sudah dari bulan April tahun lalu para siswa belajar di rumah. Semua orang tahu, pelaksanaan belajar di rumah tidak pernah direncanakan dengan baik. Bahkan tanpa perencanaan. Karena semuanya mendadak sudah harus dilakukan. Karena covid tak memungkinkan untuk terus tatap muka. 

Pembelajaran yang tidak maksimal saat bdr sudah pasti hasilnya juga akan jeblok. Jika dipaksakan. Hasil pasti cerminan dari kerja. Sehingga para guru juga mengeluh.

Apalagi Asesmen Nasional merupakan barang baru. Guru juga belum faham betul bagaimana tuh wujudnya nanti. Ketika guru saja belum faham, apa jadinya jika siswanya langsung harus menghadapi makhluk planet tersebut? 

Tak bisa dipungkiri. Sekolah akan malu jika nilai siswa dalam Asesmen Nasional jelek. Pasti seorang kepala dinas akan malu jika sekolah sekolah di bawah naungannya memiliki nilai jelek. Bupati, walikota, gubernur, menteri, presiden akan menanggung malu dengan kadarnya masing-masing. 

Beberapa saat kemudian, presiden akan memarahi menteri, menteri memarahi, bupati, bupati memarahi kepala dinas, kepala dinas memarahi kepala sekolah, kepala sekolah memarahi guru, dan guru akan memarahi siswa. Siswa akan setres karena harus menghadapi guru yang setres. 

Alur itu akan terjadi. Berulang dan berulang. Seperti dulu lagi. Lagi. Lagi. Dan lagi. 

Asesmen Nasional diundur menjadi bulan September atau Oktober. Berita gembira? 

Tidak juga. Karena waktu hanya untuk menunggu kekalahan. Hanya itu. Karena kerja akan hanya dianggap sebagai kesia siaan belaka. 

Astaghfirullah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun