Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Pasar Malam di Tengah Hutan

20 Januari 2021   09:03 Diperbarui: 20 Januari 2021   09:17 1512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istri dan anak-anakku sudah pulang duluan. Karena saya ada kerjaan kantor yang tak mungkin ditinggalkan, saya pulang belakangan. 

Kampung istriku di Tegal. Bukan kotanya tapi Tegal kabupaten. Dari Slawi masih ke arah timur lagi. Dari pangkah, masih ke timur lagi. Melewati hutan. Hutan Jatinegara, kata istriku. 

Mungkin baru sekitar 7 kali saya pulang ke kampungnya. Biasanya kalau lebaran saja. Lucunya, karena lebaran biasanya jalanan macet, walaupun dari Jakarta sudah cabut setelah solat Subuh, tetap saja sampai di sana, di hutan hutan itu, sudah lewat Magrib. 

Kalau sudah begitu, anak anakku akan beristighfar sepanjang jalan. Sampai hutannya terlewati. 

"Tidak angker hutan sini mah, " kata istriku setiap menenangkan bocil bocil yang ketakutan. 

Dan aku pun mengingat kata kata itu dengan tenang. 

Kali ini aku pulang sehabis Isya. Saya pikir pasti akan cepat karena sudah lewat tol sampai Banjaran. Kalau pun harus tidur di rest area, paling juga cukup sejam. 

Berangkatlah saya sendirian malam itu. Setelah titip pesan tetangga kiri kanan. Takut ada banjir lagi kayak tahun lalu. Sampai laptop hancur gara gara terendam banjir dan lupa pesan tetangga. 

"Sudah sampai mana? " 

"Baru siap berangkat. "

Perjalanan benar lancar. Dan benar juga kantuk ku tak tertahankan sehingga tidur sebentar di rest area Cirebon sebentar. 

Sayang nya saya lupa makan di rest area Cirebon. Saking ngantuk nya, langsung tertidur. Ketika bangun, langsung berangkat. 

Berasa laper ketika sudah lewat Slawi. Sudah tak ada lagi warung di sepanjang jalan yang akan saya lewati. Menyesal juga. Tapi percuma. 

Jam dua malam melewati hutan. Dalam keadaan lapar pula. 

Hatiku agak kaget campur senang ketika saya lihat ada keramaian yang sudah mulai kelihatan. Seperti ada pasar malam. Tapi, kok masih buka? 

Benar. Ketika sampai di lokasi itu, memang benar ada pasar malam. Bersyukur juga karena bisa mencari pengganjal perut. Mungkin ini pasar malam baru dibuat. 

Banyak anak anak yang lari ke sana ke mari. Mereka diikuti orang tia masing-masing. 

Saya sendiri langsung mencari makan. Setelah berjalan beberapa saat, ada warung nasi. Saya segera memesan nya. 

Karena tak ingin berlama-lama, saya bayar dan saya langsung ke parkiran. Tapi, entah kenapa, kok parkiran mobil tadi tak kutemukan. Sampai beberapa kali muter. 

"Nyari apa, Mas? " tanya seorang kakek. 

"Parkiran mobil. "

"Ayo kakek tunjukkan. "

"Terima kasih, Kek. Kakek siapa? "

"Mbah Suryo. "

Berkat kakek itulah, saya bisa menemukan parkiran mobil. 

"Apa? "

"Ada pasar malam baru? "

"Mas mampir? "

"Iya."

"Untung bisa keluar? "

"Emangnya? "

"Pasar Ebra Ebru. Orang yang masuk tak akan bisa keluar. "

"Ayah ditolong seorang kakek. "

"Mbah Suryo? "

"Iya."

"Itu Mbah Buyutnya orang kampung sini. Berarti dia sudah kenal kamu mas, sehingga kamu diselamatkan. "

Saya kaget juga mendengar penjelasan istri. Saya baru tahu ada begituan di tengah hutan Jatinegara. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun