Kebijakan baru Whatsapp menakutkan untuk sebagian orang. Walaupun mereka tak tahu persis resiko apa yang dapat terjadi terhadap dirinya setelah kebijakan baru whatsapp turun, tapi ketakutan itu begitu besar karena dibarengi dengan kebiasaan mereka menelan mentah mentah berita hoaks yang berseliweran, justru di grup grup whatsapp.Â
Beberapa teman sudah banyak yang berpindah ke telegram. Sehingga Telegram kabarnya kebanjiran pelanggan bari yang cukup signifikan.Â
Saya sendiri dari tahun 2018 sudah punya dua duanya. Jadi tak terlalu peduli dengan kebijakan baru yang diterapkan whatsapp. Biarin saja. Nyantai saja.Â
Karena dua aplikasi ini memang memiliki plus minusnya masing-masing. Dari pada lari dari yang satu menuju lainnya, bukan nya lebih baik kita kawinin keduanya saja?Â
Kita bisa bikin grup sampai seribuan orang di telegram. Â Sehingga jika membuat grup yang memang berpotensi lebih dari 250 orang, akan lebih pas dan enak menggunakan aplikasi telegram. Whatsapp sendiri paling banter bikin grup dengan anggota 250 sehingga kalau sebuah grup anggota nya lebih dari 500 maka harus bikin sampai tiga grup.Â
Tapi, telegram sendiri belum atau kurang dikenal oleh sebagian orang. Orang orang tua biasanya kagok kalau menggunakan telegram. Sedangkan mereka sudah dan cepat gapa menggunakan whatsapp.Â
Grup telegram biasanya lebih sepi dibandingkan grup whatsapp yang selalu berbunyi notifikasi nya susul menyusul.Â
Sehingga akan lebih baik jika bikin grup kecil, apalagi anggota nya orang orang kolonial, sebaiknya tetap menggunakan whatsapp. Praktis bagi mereka.Â
Sedangkan kalau grup anggota nya banyak, apalagi mereka milenial, maka akan lebih ngepas menggunakan telegram. Begitulah kira kiranya yang bisa disampaikan disinii.Â
Ada dan menggunakan whatsapp tak masalah dan tak usah terlalu larut dalam berita berita hoaks yang suka bikin bulu kuduk merinding. Jika menggunakan telegram juga tak apa.Â