Ada tiga lagi perias penganten di kampungku. Tetapi, ketiga perias penganten tersebut tak mungkin mengalahkan riasan penganten yang dilakukan Yu Marni. Â Jika ada dua penganten di kampungku yang waktunya bersamaan, mereka terpaksa menggunakan perias penganten berbeda. Pada saat itulah, terlihat benar bagaimana riasan Yu Marni membuat penganten yang dirias nya terlihat bersinar. Glowing, gitu.Â
Karena perbedaan hasil riasan yang mencolok itulah, akhirnya tak ada yang mau dirias penganten kecuali oleh Yu Marni. Dan pelan pelan, saingan Yu Marni sebagai perias penganten satu demi satu menyerah pasrah bongkokan.Â
Hanya satu perias yang masih kadang-kadang merias penganten. Itu pun cuma kalau ada penganten yang waktu nya bersamaan. Terpaksa banget.Â
"Yu Marni itu punya ajian isep jiwa, " berita itulah yang akhir nya beredar santer di kampungku.Â
Yu Marni sekarang menjanda. Bukan hanya sekarang sih Yu Marni menjanda. Sudah empat kali Yu Marni menikah. Dan keempat suami yang dinikahi nya harus menghembuskan terakhir di rumah mewah milik Yu Marni.Â
"Itu ilmu turunan. Dulu neneknya juga begitu. Neneknya si Marni bukan tukang rias kayak si Marni. Neneknya dulu jadi ronggeng. Kalau dia meronggeng, hampir semua penduduk kampung akan datang menonton nya. Dan sampai pagi, " kata Wak Katok, orang paling senior di kampungku.Â
Dan tiga dari suaminya selalu berumur lebih muda. Hanya suami pertama yang usianya lebih tua.Â
Bahkan Bambang, suami terakhirnya, beda usia 15 tahun. Â Bambang baru berusia 25 tahun ketika menikahi Yu Marni. Sebetulnya, kata orang sih, bukan Bambang yang mrnikahi Yu Marni tapi Yu Marni yang menikahi Bambang. Karena Yu Marni yang datang dan melamar Bambang agar mau jadi suaminya.Â
"Setiap orang yang menjadi suaminya akan diisep jiwanya oleh Marni, " kata Wak Katok.Â