Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

FPI: Lahir, Kontroversi, dan Mati

30 Desember 2020   17:34 Diperbarui: 30 Desember 2020   17:54 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari Kompascom

Berakhirnya rezim Soeharto memunculkan kelompok orang yang menamakan dirinya sebagai PAM Swakarsa. Gerakan ini terlihat menjadi lawan dalam setiap gerakan mahasiswa yang pada waktu itu semakin marak terjadi. 

Sehingga banyak yang menganggap kelompok PAM Swakarsa sebagai boneka pemerintah saat itu yang keteteran menghadapi gerakan mahasiswa.  Ada semacam "main mata".

Dari kelompok itulah kiranya yang kemudian menjelma menjadi ormas yang belakangan menamakan diri sebagai FPI. Jika ada kedekatan dengan orang orang dari rezim Soeharto menjadi wajar karena kemungkinan memiliki kepentingan yang sama. Menghadapi suara kritis mahasiswa. 

Pada kemudian hari, FPI semakin menunjukkan eksistensi.  Untuk merebut suara umat, mereka tampak licik karena memainkan isu agama dengan cara yang penuh kontroversi. Tak ada hari tanpa kontroversi yang diusung oleh FPI. 

Mereka rajin menuding siapa pun yang tak sejalan dengan gerudukan. Begitu giat menuding orang lain dengan suara keras yang jelas jelas membuat bising. 

Mencapai puncak ketika FPI berhasil menggulingkan Ahok. Kemenangan ini membuat FPI semakin merasa di atad angin. Kontroversi semakin digemari. 

Sampai akhirnya hari ini FPI mati. Tak boleh melakukan kegiatan dan tak boleh ada simbol simbol berkaitan dengan FPI di negeri ini. 

Jadi, mulai hari ini, kita tak akan bisa lagi menyaksikan kontroversi yang dilakukan FPI. Karena, untuk konferensi pers pun, FPI sudah tak diperbolehkan lagi. 

Itulah perjalanan organisasi FPI di negeri ini. Tapi, ke depan tentu masih akan ada kontroversi. Walaupun mungkin ibarat makanan, tinggal remah remah belaka. 

Keberanian pemerintah membubarkan FPI patut diacungi jempol. Karena selama ini, ada kesan pemerintah tak berani berbuat apa-apa padahal mereka sudah merajalela. 

Sudah begitu banyak orang jengah melihat kondisi seperti itu. Akan tetapi, selama ini hanya bisa menunggu, menunggu, dan menunggu. 

Ya, sejarah akan mencatat bahwa di negeri ini telah lahir, kontroversi, dan mati sebuah organisasi. Semoga akan menjadi sebuah pembelajaran. Bahwa negara memang tak boleh kalah. Oleh siapa pun dan kapan pun. 

Mari kita rawat kembali kebersamaan di negeri ini pasca FPI. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun