Tahu tahu, dia pulang bawa makaroni. Dia itu maksudnya biniku. Entah kenapa makanan itu yang dibawanya. Padahal, aku gak begitu suka dengan makanan modern begitu. Aku lebih lahap makan tiwul.
"Abisin! "Â
Waduh, bagaimana bisa ngabisin? Liat bentuknya saja, napsu makan langsung lenyap begitu saja.Â
"Berdua? "
Aku coba rayu. Siapa tahu, dia mau. Lumayan juga ada yang membantu.Â
Sayang, dia menggeleng. Sambil matanya melotot. Tak berkutik deh.Â
"Gak siram tanaman? "
Gak enak juga, makan kok dilihatin. Tapi, malah matanya tambah melorot. Udah, pasrah aja.Â
Sengaja, makanya sebutir sebutir biar lama. Biar bosan juga nungguinnya. Masa ditungguin juga kalau makannya berjam jam?Â
Tapi, dasat sial. Emang dia tertidur. Tapi tetap di bangku sebelah tempat aku makan. Â Kadang melek cuma buat ngecek kondisi makaroni.Â