Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Melawan Mereka yang Intoleran

23 Desember 2020   07:19 Diperbarui: 23 Desember 2020   07:23 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gus Yaqut (Kompascom)

Rasa gregetan terhadap menteri agama yang kurang tegas terhadap mereka yang bersikap intoleran terobati sudah.  Gus Yaqut yang selama ini memimpin Gerakan Pemuda Ansor telah dengan jelas posisi berdirinya dalam menghadapi mereka yang intoleran. 

Gus Yaqut merupakan salah satu generasi muda NU yang telah terkena virus pemikiran Gus Dur yang sangat toleran dan memegang keindonesiaan dengan hati yang tegar.  Generasi yang mencoba menjadi benteng kuat menjaga Indonesia dalam keberagaman. 

Persoalan dalam sikap keberagaman selama ini dan mungkin juga beberapa waktu ke depan adalah pemahaman agama yang sangat tekstual.  Ada beberapa orang yang menganggapnya sebagai pemahaman agama model kaum Khawarij model baru. 

Kaum Khawarij dalam sejarah Islam dicatat sebagai penumpah darah manusia karena mereka memahami Islam yang diistilahkan hanya sampai tenggorokan.  Kekerasan mereka dalam beragama dan kesempitan berpikir mereka, membuat mereka menjadi kaum yang sangat mudah menuduh orang lain sebagai kafir. Sering juga disebut kaum takfiri. 

Tuduhan takfiri atau orang lain sebagai kafir semakin sangat berbahaya karena tindakan berikutnya.  Setelah tuduhan kafir yang sangat mudah mereka lakukan, orang yang dituduh kafir tersebut akan difatwakan sebagai orang yang halal darahnya.  Inilah yang membuat mereka dijuluki sebagai kaum penumpah darah. 

Bibit bibit adanya kelompok yang mudah menuduh orang lain kafir sudah ada.  Mereka bergerak meracuni kaum muda yang relatif belum mampu berpikir luas. Sehingga mereka akan sulit bersikap toleran terhadap perbedaan pemikiran atau sikap. 

Agama yang seharusnya dapat menjadi inspirasi kehidupan akhirnya dimatikan menjadi jalan hidup yang jumud oleh mereka.  Agama menjadi tampak seram. 

Pendirian para tokoh besar di NU dan Muhammadiyah memang kokoh.  Dua organisasi besar inilah yang akan terus menjadi pilar kokohnya bangsa Indonesia ke depan. 

Ketika menteri agama muncul dari salah satu organisasi besar ini, hati bangsa pasti akan lebih tenang.  Fondasi yang kuat sudah menjadi jaminan para pemimpin dua organisasi paling tua di negeri ini. 

Kita juga melihat fakta sejarah.  Ketika NU dengan Pemuda Ansor dan Banser nya melawan PKI.  Mereka adalah garda depan bersama TNI. Juga ketika mereka melawan DI/TII.  Mereka tak mau menjual agama untuk politik DI/TII yang tidak jelas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun