Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Siapa Bilang Gratis?

17 Desember 2020   16:57 Diperbarui: 17 Desember 2020   17:21 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara yang bayar, bukan gratis. Tapi tidak bayar sendiri? Iya, betul. Bayar pakai uang negara. Uang kita juga. 

Tapi, memang lebih adil. Kalau bayar sendiri sebagian dan dibayarin negara sebagian, terkadang di lapangan menjadi tak adil. Kenapa? Terkadang di lapangan menjadi siapa yang dekat kekuasaan maka gratis sedangkan mereka yang jauh dan biasanya miskin juga harus bayar jika memerlukan vaksin. 

Semua ditanggung negara saja bukan tanpa masalah.  Akan muncul cerita cerita seram yang di-hoaks-an berhamburan.  Mereka bukan tak tahu manfaat vaksin, mereka pasti sangat tahu. Kepentingan politik yang membuat mereka jadi gak waras. 

Penolakan vaksin yang harus dihadapi dengan cerdas. Apalagi dalil dalil agama kemungkinan akan dipinjam sementara untuk kemenangan politik mereka. 

Padahal, jika ada penolakan vaksin, kemungkinan kegagalan pemberantasan virus korona bisa saja terjadi.  Sehingga Harus fokus pada upaya pemahaman bersama ini. Berhenti berpolitik sementara ketika ada kepentingan bangsa yang lebih besar ada di depan mata. 

Kedatangan vaksin yang belum mampu tersedia untuk semua secara serentak juga harus diantisipasi. Jangan sampai ada perkelahian percuma gara-gara rebutan vaksin paling duluan. 

Persiapan persiapan itu harus dilakukan jauh hari sebelumnya. Jangan selalu menjadi kebiasaan, selalu terlambat mengantisipasi persoalan sehingga persoalan keburu besar dan sudah keburu saling berkelindan sehingga sulit untuk mengurai apalagi memecahkan nya. 

Perhitungkan dengan tepat.  Karena salah hitung selalu menjadi awal korupsi.  Masih banyak berkeliaran manusia manusia jahad yang tega berbuat nista justru pada saat terjadi bencana. Berkaca pada tertangkap nya mensos gara-gara korupsi dana bencana. 

Vaksin adalah harapan yang masih bisa kita gantungkan, ketika upaya upaya lain seperti pembiasan kehidupan normal baru juga gagal total menghentikan gerak laju pertumbuhan penderita corona. Mudah mudahan vaksin ini benar benar mampu menghajar korona hingga ke akar akarnya. Dengan demikian, ekonomi juga akan pulih kembali. Kehidupan tak sesulit sekarang ini. 

Jika vaksin ini gagal, entah harapan mana lagi bisa dipijak.  Sehingga kegagalan harus diantisipasi sejauh hari mungkin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun