Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mereka Bukan Anak Cengeng

16 Desember 2020   15:41 Diperbarui: 16 Desember 2020   15:57 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya yakin, seyakin yakinnya jika mentalitas para pengusaha, terutama pengusaha UMKM adalah para manusia bermental baja. Pantang menyerah kapan pun dan di mana pun.  Jatuh bangun cuma rangkaian perjalanan untuk menjadi lebih baik. 

Ketika pandemi muncul mendadak, memang semua limbung. Tidak menyangka jika badai dasyat datang mendadak dalam gelombang yang tak terkirakan dasyatnya. Bahkan masa depan masih terlihat buram. 

Tak lama. Para mentalitas baja itu toh kemudian bangkit kembali. Dengan wajah yang agak beda. Dengan semangat yang tetap menyala. Tantangan harus ditaklukkan. Tak ada kata mundur meski cuma selangkah. 

Para pejuang tangguh itu rerata anak muda. Mereka yang tak suka menjadi budak siapa pun di negeri yang sudah merdeka. Mereka yang berjiwa bebas melayang mengembang mengarungi cakrawala. 

Dan kita bisa melihat mereka di aplikasi.  Mereka bisa kita jumpai dalam jumlah yang terus bertambah. Mereka bukan manusia cengeng yang menunggu bantuan. Mereka tak pernah merengek untuk kehidupan mereka. 

Apa yang bisa kita lakukan untuk membantu mereka? 

Pertanyaan itu sebetulnya salah juga. Karena mereka hadir bukan karena bantuan dan demi bantuan siapa pun. Mereka hadir justru membantu kita. 

Keseharian kita makan biasanya tiga kali. Dalam satu keluarga, paling tidak ada 4 orang penghuni. Berati dalam satu keluarga butuh 12 porsi makanan siap makan setiap hari. 

Menu di rumah bisa dibikin, tapi kan rindu rasa lain. Paling tidak, sehari mencoba untuk membeli dari aplikasi. Dan mereka rata rata UKM.  Apalagi mereka yang hadir di gerai gerai bersama. 

Membeli produk mereka bisa diartikan membantu mereka. Dapat diartikan juga, kita dibantu mereka. Tidak murni membantu juga. Tapi, itulah jalan terbaik saat ini yang bisa saya dan keluarga lakukan untuk berkoeksistensi dengan UMKM. 

Sandang. Walaupun kita berbulan-bulan di rumah saja, tetap membutuhkan beberapa helai kaos atau baju baru. Atau, cuma celana dalam baru. Ini juga bisa dilakukan dalam rangka koeksistensi dengan UMKM. Kenapa tidak? 

Ya, jiwa enterpreneur tak perlu dibantu. Segala bantuan bisa menjadi racun bagi perjalanan enterpreneur sejati.  Dengan menghargai produk produk yang dihasilkan oleh mereka, kita sudah hidup bersama dalam saling kebergantungan bersama enterpreneur enterpreneur muda masa depan yang akan membawa negeri ini ke wajah yang lebih baik lagi. 

Begitulah kira kiranya. Belilah produk produk UMKM. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun