Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Waktunya Menghapus Beberapa Kementerian

12 Desember 2020   08:19 Diperbarui: 12 Desember 2020   08:27 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden dan Wapres (Kompas.com)

Untuk apa ada kementerian sosial? Ketika tak ada malah lebih bagus. Karena kementerian itu justru yang menjadi masalah. Demikian, kiranya kesimpulan yang dapat diambil ketika Gus Dur menghapus kementerian sosial yang waktu itu masih bernama Departemen Sosial. 

Demikian juga keberadaan Kemkominfo yang dulu bernama Departemen Penerangan.  Daripada pusing dengan hoaks dari berakhir dengan definisi hoaks hanya karena pemerintah melalui Kominfo bilang hoaks. 

Tanpa Kementerian Kelautan juga kemungkinan besar kesejahteraan nelayan justru lebih baik. Sehingga, keberadaan KKP dinilai malah menjadi beban. Lalu, untuk apa ada KKP? 

Untuk apa pula ada Kementerian Tenaga Kerja? Sepertinya imbauan tentang ketidaknaikan UMR tahun 2021 justru kurang mencerminkan pembelaan terhadap pekerja. Terus untuk apa ada Kemnaker? 

Guru juga sudah diurus masing-masing pemda. Sekolah juga yang bangun pemda. Kalau cuma ngurusin kurikulum, untuk apa ada Kementerian Pendidikan? 

Kementerian Pertahanan juga untuk apa. Biar saja seperti polisi yang semuanya diatur sendiri. Polisi saja bisa jalan, masa mabes TNI tak bisa? 

Dan tentunya masih banyak lagi kementerian yang lebih baik tak ada deh.  Apalagi kalau kementerian cuma dijadikan jatah jatahan partai. Kalau sudah begini, berarti sudah salah bahkan dari niatnya. 

Seharusnya seorang yang menjadi menteri itu adalah mereka yang sudah selesai dengan dirinya sendiri.  Bukan berarti harus orang kaya. Karena justru banyak orang kaya yang belum selesai dengan kekayaannya.  Mereka akan terus menumpuk numpuk kekayaannya hingga liang kubur. 

Kalau sudah selesai dengan diri sendiri, berarti pula sudah selesai dengan urusan partai. Jangan sampai ada kesan yang begitu dalam di hati rakyat negeri ini, bahwa para menteri dari partai itu adalah pengumpul pundi pundi partai. Seorang Menteri bekerja bukan untuk negara dan rakyat nya tapi sudah direndahkan menjadi petugas pencari dana partai. 

Tak ada yang tahu sampai kapan KKP dan Kemensos ditangkap jabatani. Akan tetapi, tetap saja kedua kementerian itu berjalan dengan baik, bahkan mungkin lebih baik justru setelah diduakan. 

Kalau demikian, kenapa gak digabungkan saja. Misalnya, KKP gabung dengan Kementan. Tapi, jika Kementan juga tak dibubarkan karena tak guna juga. Kalau Kementan dibubarkan, bisa gabung dengan kementerian yang ada. 

Kenapa Kemensos ada di bawah Menko Kesra saja? 

Begitu, Pak Jokowi. Sekarang bukan waktu resuffle tapi waktunya untuk Meng efisienkan kementerian. Maksudnya, buang saja atau hapus saja kementerian yang tak guna. 

Kementerian terlalu gemuk. Sehingga penangkapan oleh KPK menjadi waktu untuk menguruskan jumlah kementerian. 

Semoga ada yang dicokok KPK lagi, sehingga usulan saya semakin rasional. Eh  janganlah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun