Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Demokrasi AS Ditelikung Trump

7 November 2020   06:39 Diperbarui: 7 November 2020   06:46 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Trump memang luar biasa. Demokrasi negara adidaya yang selama ini menjadi kiblat dunia dalam membayangkan demokrasi yang sedang dibangunnya ternyata bertekuk lutut di bawah gebrakan seorang Trump. 

Kemenangannya saat bertarung melawan Hilary dengan strategi yang menyedihkan ternyata berhasil menyingkirkan calon dari Demokrat walaupun suara pemilih lebih banyak.  Dan kita menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bahwa demokrasi telah pingsan. 

Kini, Trump sedang bertarung kembali melawan Biden. Keanehan keanehan tindakan Trump justru membuat rakyat AS banyak menyalurkan suaranya untuk Trump. Kekalahan telak yang selama ini disajikan oleh lembaga lembaga survei justru hampir semuanya melenceng. Trump masih digdaya. 

Kekalahan Trump sudah di depan mata. Jika Biden mampu memenangi satu lagi saja negara bagian, dia sudah mampu membungkam Trump. Tetapi tuduhan tuduhan kecurangan yang terus menerus membuat dunia, bukan hanya orang Amerika mempertanyakan bagaimana demokrasi di negeri yang mengaku sebagai embahnya demokrasi akan memiliki masa depan. 

Tuduhan bahwa telah terjadi kecurangan, dan tuduhan lainnya memang harusnya diperhatikan betul.  Apalagi semua tuduhan itu tak memiliki dasar atau bukti jelas. Tuduhan tuduhan Trump hampir semuanya merupakan bualan belaka. 

Kenapa demokrasi negara asal mula demokrasi ternyata bisa ditundukkan oleh petualang seperti Trump? 

Harusnya demokrasi AS harus mampu mencari jalan menghentikan tuduhan tuduhan yang diarahkan kepadanya. Harus ada aturan jelas bagaimana menjatuhkan hukuman terhadap tuduhan tanpa dasar. 

Jika demokrasi di Amerika tak mampu menghentikan gara-gara yang dibikin Trump, maka bukan sebuah kemustahilan jika demokrasi di negara negara baru juga akan membusuk pula. Para petualang petualang politik akan meniru Trump bagaimana cara memanipulasi demokrasi untuk kepentingan politik sendiri atau kelompok nya. 

Kalau sudah demikian, maka negara negara di dunia pun akan mengubur demokrasi dalam kamus politik mereka. Dan, kita semua tentunya tak menginginkan hal demikian terjadi. Karena demokrasi saat ini masih menjadi sistem terbaik walaupun masih banyak kekurangan nya. 

Keterbelahan Amerika bersama Trump memang menjadi keprihatinan banyak pihak. Akankah penyakit akut politik tersebut juga akan diekspor ke seluruh dunia? 

Semoga Amerika mampu memperbaiki demokrasi di negeri nya. Karena Amerika masih menjadi cermin bagi pertumbuhan demokrasi di seantero dunia. 

Mungkin kita tak dapat keuntungan apa apa. Bahkan kecenderungan Demokrat yang suka rewel dengan HAM akan merepotkan Indonesia dalam pergumulan di kancah internasional. Akan tetapi, paling tidak, kemenangan Biden dapat mengembalikan demokrasi Amerika lebih baik. 

Kita cuma bisa berharap. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun