Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dikasih Libur, tapi Tak Boleh Pergi

29 Oktober 2020   21:45 Diperbarui: 29 Oktober 2020   22:03 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Liburan paling gak jelas adalah liburan tahun ini.  Bulan Oktober diakhiri dengan libur nasional satu hari ditambah libur cuti bersama dua hari, dan ditambah lagi libur Sabtu-Minggu. 

Siapa sih yang tak pengin liburan. Apalagi sekarang WFH. Bosen bangen sebulanan, bukan seharian, di rumah melulu. Jika dulu senang libur di rumah karena sudah capek di kantor, sekarang capai di rumah sehingga tak mungkin liburan di rumah lagi. 

Dan sebenarnya, waktu lima hari adalah waktu ideal untuk di rumah dan di luar rumah.  Mungkin keluar rumah cukup tiga hari. Dua hari untuk liburan di rumah, sekadar bener benerin pot bunga. 

Pemerintah berarti sayang sama kita yang sudah bosen di rumah untuk liburan, dengan pemberian cuti bersama.  Secara logika pemerintah pengin kita pergi. Kann secara ekonomi juga cukup berdampak ke daerah daerah. 

Tapi, sayang seribu sayang. Pemberian libur cuti bersama diiringi imbauan agar tetap di rumah. Terus untuk apa pemerintah ngasih cuti bersama kalau disaat yang sama pemerintah juga menyuruh kita tetap di rumah? 

Seharusnya, kalau memang berharap kita tetap di rumah , tak usahlah pakai ngasih ngasih libur cuti bersama pula.  Biarlah kita semua tetap bekerja. Karena mereka kerja kita selama ini masih belum maksimal karena harus WFH. 

Apalagi perekonomian juga masih belum pulih benar. 

Sebaiknya, bekerja memang tidak setengah setengah begini. Kalau memang diliburkan cuti bersama, biarlah mereka pergi berlibur. Jangan ngasih libur cuti tapi di sisi lain diimbau imbau untuk tetap di rumah. Mending tsk usah libur cuti sekalian. 

Sudah dua hari liburan. Mau pergi agak takut juga karena bisa jadi kita akan y terhambat oleh berbagai aturan. Bahkan bisa juga menjadi korban aturan.  Apalagi kalau harus ketemu paksaan rapid tes segala. 

Tapi, bosen karena sudah terlalu lama di rumah. Pot pot bunga udah rapi semua.  Burung juga sudah asik dengan kandang yang bersih. 

Ah, seandainya segala nya lebih jelas, kita tak terkungkung seperti ini. Antara ya dengan tidak. Antara tidak dengan iya. Masa iya, harus yang tidak tidak? 

Wis lah...... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun