Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Benahi Pendidikan dari Ruang Kelas

24 Oktober 2020   16:06 Diperbarui: 24 Oktober 2020   16:07 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang kelas. Sumber: Kompas.com

Begitu banyak orang yang menganggap bahwa perbaikan pendidikan harus di mulai dari ruang Mas Menteri Pendidikan Nadiem Makarim.  Karena dari ruang itulah keputusan keputusan besar tentang pendidikan ditelorkan. 

Bagi saya, salah. Karena, senyatanya, pendidikan itu justru terjadi dan berada di ruang ruang kelas. Bukan cuma ruang ruang kelas ber-AC di sekolah sekolah favorit yang menghiasi wajah wajah kota besar di negeri ini. Tapi juga di ruang ruang kelas sederhana dan nyaris roboh di sekolah sekolah kampunh, semisal di pelosok negeri. 

Ya, kecanggihan kecanggihan kurikulum yang dibuat oleh para profesor di balitbang kemendikbud cuma kertas kertas belaka. Jika seorang guru di sekolah dasar di daerah terluar tidak pernah tahu, apalagi mempelajarinya, apakah anak anak daerah terluar itu bisa belajar seperti anak Jakarta? 

Pendidikan di kota kota besar sudah sangat maju. Sedangkan pendidikan di daerah daerah terluar dan terdepan berkebalikan kondisinya. 

Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan sekolah sekolah pelosok ini. Lebih memperhatikan dalam pengertian yang sangat luas. Mulai dari gedungnya yang jangan sampai roboh, hingga upgrade pengetahuan guru gurunya agar terus mengikuti perkembangan di Senayan, di kantor kementerian pendidikan dan kebudayaan. 

Pernah kah pemerintah masuk ke ruang ruang kelas untuk memperhatikan bagaimana pendidikan di jalan kan? 

Mungkin anda akan mikir sebelum akhirnya menggeleng dengan meyakinkan.  Guru guru dibiarkan bekerja semau sendiri di kelas. Paling banter di supervisi kepala sekolah setahun 2 kali. 

Jika kepala sekolah juga tak pernah mendapatkan upgrde ilmunya, maka guru tersebut akan mengajarkan ilmu yang sudah kedaluwarsa kepada anak-anak muridnya. 

Kurikulum 2013 bahkan dikabarkan belum sampai ke sekolah di pelosok, yang foto presiden nya masih Soeharto dengan aneka debu yang menempel tebal di foto tersebut. Gegap-gempita Jakarta tentang penyederhanaan kurikulum seakan hanya ramai di kota kota besar belaka. 

Pendidikan adalah guru. Pendidikan adalah guru yang sedang mengajar di dalam kelas. Jika negeri ini ingin memperbaiki pendidikan, perbaikilah guru gurunya. Jika negeri ini ingin memperbaiki pendidikan, perbaikilah guru gurunya ketika mereka berada di kelas.

Ada penelitian yang bahwa guru sering masuk kelas hanya untuk memberikan tugas. Lalu pergi. Kalau pun tetap di kelas tak pernah terjadi interaksi apa apa. 

Pembelajaran di kelas tanpa interaksi sana saja dengan tak pernah terjadi proses edukasi. Sama seperti saat ini, ketika banyak siswa setres dengan tugas dari guru. Karena ruang interaksi tak terjadi, maka ruang kelas menjadi ruang untuk mengerjakan berbagai tugas. 

Marilah kita mulai perbaikan pendidikan di ruang ruang kelas. Ruang kelas yang mungkin juga nyaris roboh. Tapi disitulah fakta pendidikan. Bukan di kompleks Senayan atau di ruang kerja seorang menteri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun