Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kesabaran Jokowi Saat Memindahkan Pasar Klitikan

13 Oktober 2020   15:58 Diperbarui: 13 Oktober 2020   16:01 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi Jokowi sabar. Tidak grusa grusu. Kemanusiaan beliau letakkan di atas kekuasaannya. Kemanusiaan betul-betul ada di dalam setiap langkahnya. 

Pendekatan personal dilakukan. Dialog tak pernah henti. Dialog yang benar-benar dialogis. Bukan dialog yang monolog. Bukan dialog yang berisi ancaman ancaman. Bukan dialog yang diawasi pasukan berseragam. 

Dimana dialog dilakukan oleh seorang walikota? 

Jokowi mengundang para pedagang datang ke kantor walikota. Mereka bukan hanya diajak ngomong, tapi juga diajak makan. Jokowi mengundang dalam sebuah perjamuan. Manusiawi sekali. Sulit dicari bandingannya. Di kolong langit yang sebelah mana pun. 

Terus kami tanya berapa kali undangan perjamuan itu dilakukan? 

Mungkin kamu akan kaget sendiri. Karena Jokowi mengundang para pedagang ke perjamuan di kantor walikota lebih dari 59 kali. Lebih dari 50 kali. Jumlah yang mungkin tak akan ada yang bisa mengalahkan. 

Pedagang minta jaminan omzet tak turun. Dan sekarang mereka sejahtera di Pasar Klitikan. Jauh berlipat lipat pendapatannya. Mereka bahagia. Mereka bangga. Mereka selalu mengenang peristiwa itu sepanjang hayatnya. 

Apalagi peristiwa pindahnya yang dibarengi dengan arak-arakan. Satu Indonesia bangga. 

Dan kenapa sekarang menjadi begitu beda. Mengapa Pak Jokowi terkesan tak memiliki kesabaran lagi? 

Mungkin kah berubah? Atau memang Jakarta memang beda? 

Aku masih merindukan saat-saat seperti itu. Saat saat seorang pemimpin mau mendengarkan suara suara lirih rakyat nya. Suara suara yang sudah lama diabaikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun