RUU Cipta Kerja sudah disahkan menjadi UU. Dan sekarang, perang akan berlangsung di jalanan. Dan politik akan saling menikung.Â
Pertempuran antara pihak yang mendukung UU Cipta Kerja dengan yang menolak akan memunculkan keseriusan, kesehatan, dan kelucuan kelucuannya tersendiri.Â
Dan tulisan ini akan lebih fokus pada kelucuan kelucuan itu.Â
UU Cipta Kerja bukan UU biasa. Merupakan omnibus law. Sehingga ketebalannya juga ekstra.Â
Dan tahu sendiri kan?Â
Apanya?Â
Kebiasaan orang-orang itu. Baik yang mendukung maupun yang menolak UU. Bukan hanya UU Cipta Kerja. Terkadang mereka belum baca.Â
Belum baca sebetulnya tak masalah. Karena mungkin belum punya waktu. Saking sibuk kerja. Dari pagi sampai pagi lagi. 25 Jam sehari semalam.Â
Tapi, mbok ya o, kalau belum baca-baca dulu, bukan terus koar-koar seolah sudah paham tanpa membacanya. Padahal, baca saja belum tentu paham. Masa yang tak baca bahkan belum liat malah merasa paham dan maju sebagai pendukung atau penolak sesuatu yang belum dipahami bahkan belim dibaca.Â
Inilah lucunya.Â
Budaya literasi yang kurang. Gurunya kurang membimbing dia waktunya dia sekolah. Atau bisa juga gurunya sudah rajin membimbing tapi dianya malah rajin mbolos. Tawuran pula. Dan sekarang pengin bolos dan tawuran lagi.Â
Mari kita tingkatkan budaya literasi kita. Biar gak gampang marah. Biar gak gampang tunjuk.Â
Baca UU Cipta Kerja yuk. Kita pahami juga. Baru kita debat tentang isinya. Tentang konsekuensinya. Tentang banyak hal yang kita berbeda.Â
Berbeda itu kan biasa. Kita cari kalimatun sawa di antara kita. Sehingga negeri ini tetap kita cintai bersama.Â
Bukan milik pengusaha, bukan milik buruh, apalagi milik DPR. Negara ini milik sah kita bersama. Jangan kalian gadekan demi nafsu kalian yang tak ada habisnya.Â
Eh, ngomong mulu. Ayo, mulai baca. Diam saja kalau kalian belum selesai baca.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H