Kamdi. Nama lengkapnya Kamdi Tarikul Toir. Manusia paling rajin bekerja. Aku tahu persis karena aku salah satu sahabat nya. Sejak SD.Â
Setelah SMA dia mencoba berdagang karena tak punya uang untuk meneruskan ke Perguruan tinggi. Sebuah cerita klasik yang seharusnya tak dimasukkan lagi dalam cerita seperti cerpen ini. Orang yang baca cenderung bosan kalau cerita nya stereotip begitu.Â
Tapi aku tak mungkin mengingkari kenyataan. Kalau aku cerita tak sebenarnya nanti aku dianggap pencerita bohong. Apalagi kalo sampe ada yang nuduh penyebar hoaks. Bisa kena pasal, aku.Â
Kamdi berusaha membuka warteg kecil kecilan di Karawang. Dekat lokasi pembangunan perumahan. Banyak tukang bangunan yang pasti perlu makan. Yang murah meriah. Nah, peluang ini yang diambil Kamdi.Â
Kamdi benar. Warteg Kamdi tak pernah sepi. Dua puluh empat jam buka terus. Karena pembangunan perumahan juga dilakukan siang malam. Dan tukang tukang itu, makan tiga kali.Â
Keberhasilan itu membuat Kamdi akhirnya melebarkan sayap. Kota kota yang sedang berkembang dan penuh dengan pembangunan, langsung diparanin. Sehingga warteg Kamdi ada di setiap pelosok kota baru.Â
Setelah berhasil membangun kerajaan warteg., Kamdi melebarkan sayapnya ke bisnis pemasok kebutuhan warteg. Semua kebutuhan warteg di jabodetabek sudah dikuasai Kamdi hampir 80 persennya.Â
Ketika ada peluang pemilihan walikota, Teman-teman Kamdi, termasuk saya membujuk Kamdi agar ikut mencalonkan diri.Â
"Apalagi kalo bukan menjadi walikota? " kata Arifin yang sekarang sudah mulai menjadi pemborong.Â
Arifin tentu sudah mulai mengincar proyek proyek di walikota yang selama ini gagal diperoleh karena tak punya orang dalam. Kalau temannya sendiri menjadi walikota, tentu proyek itu akan menjadi milik Arifin.Â
"Kamu pasti terpilih, Kam, " Narto meyakinkan. Narto sudah menjadi guru lama sekali tapi selalu gagal menjadi kepala sekolah. Tentu Narto berharap dapat merealisasikan cita-citanya itu jika temannya menjadi walikota.Â