Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kawin Lagi

4 September 2020   05:34 Diperbarui: 4 September 2020   05:23 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkawinan itu lembaga yang sakral. Tak boleh ada yang main main dengan lembaga ini. Walaupun perceraian itu diperbolehkan, tapi Allah membencinya. 

Sebuah keluarga adalah harta paling berharga. Karena berangkat dari sebuah keluarga lah sebuah generasi terbentuk. Karet dari sebuah keluarga lah sebuah bangsa berasal. 

Keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah adalah keluarga ideal. Siapa pun bermimpi memiliki keluarga ideal seperti itu. Keluarga yang di dalamnya selalu dibaui bau surga. Keluarga yang menjelma menjadi istana meskipun berdinding kardus. 

Di kehidupan nyata, memang akan sangat sulit membangun keluarga samawa. Akan tetapi, kita harus berupaya sekuat tenaga. Karena keluarga samawa bukan sesuatu yang terberikan begitu saja. Keluarga samawa adalah keluarga yang direncanakan. 

Rencana kanlah dengan baik dalam membangun sebuah keluarga.  Jangan karena dorongan emosi semata. 

Perceraian itu sendiri menjadi sebuah neraka. Terutama bagi anak-anak. Karena anak anak adalah korban paling rentan dalam sebuah keluarga yang mengalami perceraian. 

Sebagai seorang guru, saya selalu bertemu dengan anak-anak hebat. Anak-anak hebat ini, hampir dapat dikatakan selalu datang dari keluarga yang bahagia. Bukan keluarga kaya, tapi keluarga bahagia. Keluarga yang rukun dan saling menghormati. 

Anak anak dari keluarga bahagia akan datang ke sekolah dengan wajah sumringah. Wajah siap belajar dan haus ilmu pengetahuan. 

Di sisi lain, saya juga selalu berhadapan dengan anak-anak bermasalah. Dan anak-anak bermasalah ini, hampir semuanya datang dari keluarga yang bermasalah juga. Mereka datang ke sekolah dengan wajah kusut. Wajah yang ke sekolah hanya karena kewajiban saja. 

Karena mereka datang ke sekolah tanpa motivasi, di sekolah pun mereka lebih senang membuat masalah. Kadang-kadang hanya karena ingin mendapatkan perhatian dari teman atau gurunya belaka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun