Soeharto bisa dicontoh dalam hal demikian. Â Tak pernah ada resuffle dalam jaman Soeharto. Semua menteri menjabat lima tahun full. Kenapa? Karena sebelum mengangkat seseorang menjadi salah satu menteri dalam kabinet nya, Soeharto sudah tahu jika dia adalah orang terbaik di bidang nya. Â Soeharto tak pernah tak tahu seseorang yang akan dijadikan menteri di kabinet. Dari A sampai Z.Â
Karena kabinet Soeharto berjangka lima tahun maka kabinet Soeharto selalu berhasil dalam menjalankan program yang sudah dituangkan dalam Garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Â Orang orang yang berkecimpung dalam berbagai hal juga bisa merencanakan banyak hal dalam jangka waktu lima tahun. Dapat dikatakan, kestabilan kabinet zaman Soeharto ikut mendukung kestabilan bidang lain.Â
Berbeda dengan kabinet kabinet berikutnya. Â Seakan akan resuffle kabinet menjadi obat dari ketidakberhasilan pemerintahan. Padahal, bagi saya sendiri, resuffle hanyalah cermin dari ketidakbecusan dalam memilih menteri.Â
Apa presiden tak tahu kalau menteri Agama tak becus dan bukan orang terbaik di bidang yang akan dipimpinnya?Â
Mungkin ada yang bilang, karena desakan partai partai pendukung. Kenapa presiden tunduk kepada partai dan mau saja mengangkat manusia tak becus dalam kabinetnya? Bukan partai yang akan menerima akibatnya. Rakyat yang tambah susah. Nama baik presiden yang akan dilihat.Â
Sebaiknya, presiden presiden Reformasi belajar dari Soeharto. Karena dalam hal pembentukan kabinet, Soeharto terlihat paling bagus.Â
Pilihlah orang terbaik di bidangnya. Â Korek calon sampai a, b, c, d, e, f dan seterusnya sampai z. Buang saja nama siapa pun yang cuma diusulkan partai tapi presiden belum tahu tingkat kemampuannya.Â
Bosan dengar resuffle. Pusing liat presiden marah marah. Lebih pusing lagi jika lihat menteri gak becus ngurus bidang nya.Â
Kalau sudah terpilih orang terbaik. Biarkan dia bekerja lima tahun full. Â Karena, masa 5 tahun itu terlalu sempit untuk sebuah perubahan. Ambil misal saja di kementerian pendidikan. Â Ketika Anies diganti maka program program yang dirintis nya langsung berguguran.Â
Baru siap siap mau lari ke Selatan, mendadak disemprit agar belok ke timur. Apa gak pusing guru guru juga. Â Ada bahkan yang belum sempat tahu nama menteri pendidikan, tahu tahu menteri nya sudah diganti. Apalagi bicara program?Â
Jika ada bisik bisik menteri pendidikan akan kena resuffle, pertanyaan yang muncul, waktu memilih gak pakai mikir, emangnya? Â Terus program program menteri pendidikan yang lagi berjalan pasti akan berbalik atau paling tidak berbelok. Pusing kan?Â
Coba kalau yang diganti berkaitan dengan perusahaan? Maka, pusing perusahaan membuat perencanaan.Â
Akhirnya, hanya para petualang yang mengunduh aneka keuntungan. Mereka selalu mengail di air keruh. Semakin keruh mereka obok obok, semakin banyak keuntungan didapatkan.Â
Maka, hindarkanlah resuffle. Karena hanya menunjukkan kedunguan di awalnya. Jadilah manusia pinter.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H