Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sikap Instan PSSI Selalu Menggelikan

21 Juni 2020   06:50 Diperbarui: 21 Juni 2020   06:57 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola bukan sekadar dunia selebar lapangan. Tapi, selalu saja persoalan demi persoalan muncul karena menganggap bola hanya sekadar dunia kecil dan cuma selebar lapangan. 

Gus Dur dalam tulisan tulisannya tentang bola selalu enak dibaca. Demikian juga tulisan tulisan tentang bola yang ditulis oleh Shindunata. Karena dua penulis tentang bola ini bukan orang cupet pikiran. Bukan orang yang melihat bola hanya sekadar permainan sebelas orang melawan sebelas musuhnya. 

Dan seharusnya, PSSI belajar melihat bola dari dua orang yang tak pernah main bola secara profesional tapi benar-benar paham tentang dunia bola hingga ke inti intinya tersebut. Sehingga persoalan bola tak bergulir seperti gelombang laut yang tak ada ujungnya tersebut. 

Bola itu budaya. Tak ada keberhasilan yang dibangun secara instan dalam dunia persepakbolaan. Harus ada rangkaian panjang nilai nilai yang ditanam.

Bukan hanya ditanam di dada para pemain, tapi juga di dada para suporternya. Bahkan di dada setiap insan di negeri ini. Sehingga, tak ada lagi, orang atau bahkan pengurus PSSI yang matanya hanya mampu melihat selebar lapangan bola. 

Tak ada budaya instan. Dan tak ada budaya yang mampu tersepikan hanya dalam kesendirian. Nilai nilai dalam budaya itu saling berkait dan saling menguatkan. 

Bola juga mengandung nilai nilai itu. Nilai kerja keras, misalnya.  Bermain bola bukan cuma keinginan sesaat kemudian menjadi jago. Mereka adalah pekerja keras dari dini. Mereka mengorbankan masa masa bermain seperti temannya demi sebuah cita-cita. 

Nilai disiplin. Nilai tanggung jawab. Nilai kebersamaan. Dan nilai ketangguhan dalam menghadapi tantangan. 

Bola juga harus akrab dengan teknologi. Jangan anti teknologi. Ini jelas perlu kebijakan yang tepat. 

Tahun 90-an, waktu masih kuliah, ada salah satu dosen penggemar bola yang kemudian apatis terhadap kondisi pesebakbolaan nasional yang dirundung kekalahan setiap bertanding. Bagaimana tak kalah jika mereka diurus secara instan, bahkan jatah telor satu biji pun tinggal separuh karena dikorupsi? Demikian kira kira kata dosenku tersebut. 

Saya berharap, suatu saat akan ada perubahan di PSSI.  Tapi, hingga kini belum berubah juga. 

Selalu ada paksaan untuk sesegera mungkin memenangkan pertandingan. Sehingga pelatih yang biasa bekerja dalam sebuah budaya, tak sanggup mengikuti sikap politis para petinggi organisasi bola tersebut. 

Kasihan para pelatih dari luar negeri yang tak tahu ruwetnya bola di negeri ini.  Bola politis yang diusung PSSI. Instan menang dengan cara apa pun. Mana mungkin? 

Salam buat Shin Tae Yong. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun