Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Melihat Potensi di Balik Game

17 Juni 2020   16:39 Diperbarui: 17 Juni 2020   16:43 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk apa mengeluhkan anak main game? Biasanya sih karena anak kurang atau bahkan anti sosial. Enggan belajar. Dan seterusnya. 

Lalu, orang tua memarahinya. Lalu, anak gak betah di rumah. Lalu, muncul masalah demi masalah baru. 

Aku sendiri biarkan anak main game. Karena dia sudah capek belajar di sekolah.  Berangkat pukul 05.15 pagi, sedangkan baru sampai rumah pukul 17.00 sore. Setelah sampai rumah biasanya langsung main game. Hanya diselingi solat. 

Bosan juga kalau tak main game. Waktu bersama keluarga, biasanya sabtu dan Minggu.  Tapi, tidak penuh, karena dia juga masih main game. 

Apalagi di hari hari terakhir ini. Ketika dia harus terus menerus berada di rumah. Tanpa game, betul-betul seperti di neraka. Menit demi menit tak jelas harus melakukan apa. Karena dia sudah kelas 9 dan sudah tak ada lagi di sekolah.

Dia tak main sendiri. Selalu bermain dengan teman temannya. Sehingga berasa di sekolah.  Saling ledek dan saling teriak. 

Tak apa. Dunia game emang dunia anak anak. Walaupun kadang, sekali lagi kadang, orang tua juga bisa asik main game untuk iseng. Jadi, kalau orang tua terlalu anti game dan selalu marah saat anaknya main game juga tak adil. 

Membiarkan tanpa menghiraukan waktu juga sebaiknya jangan. Hanya saja, waktu bukan ditentukan oleh orang tua. Biarlah mereka menentukan atau mengatur waktunya sendiri. Sehingga mereka bisa semakin dewasa. Orang menegur jika waktu yang sudah disusun oleh diri mereka sendiri tetapi dilanggarnya juga. 

Bersikap ariflah sebagai orang tua. Siapa tahu suatu saat, anak yang suka main game bisa didorong menjadi programer atau bahkan gamer. Bukan pekerjaan ecek-ecek. Pekerjaan hebat juga. Dengan penghasilan cukup juga. 

Gamer memang bisa menjadi sebuah profesi. Dalam hal ini, orang tua yang seharusnya mampu mengarahkan anak anaknya untuk untuk menjadi seorang profesional. 

Tidak ada game yang jelek. Tinggal bagaimana kita memperlakukannya.  Bahkan dari game bisa keluar pundi pundi.  Apa gak asik, sambil main dapet koin? 

Begitulah kira kira. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun