"Aku pengin bikin perpustakaan, " kataku.Â
Pacarku hanya senyum karena dia tahu aku suka baca buku. Bahkan lebih dari kutu.Â
"Aku pengen hidup uenak, " kata pacarku.Â
Dan wajar ketika pada kemudian hari, pacarku itu memilih pinangan camat dan lari dari kemiskinanku.Â
Waktu itu, aku ceritakan tentang gagasan perpustakaan ku yang tanpa buku. Perpustakaan yang pengen aku bikin adalah perpustakaan kenangan.Â
Dan aku yakin, perpustakaan yang hendak dibikin Pak Camat atau suami mantan pacarku adalah perpustakaan kenangan ideku.Â
Ketika gedung perpustakaan jadi, kemudian diresmikan, memang tak ada satu lembar buku pun di sana. Â Gedung perpustakaan itu hanya berisi kursi dan meja yang tertata rapi.Â
Pada awalnya sepi. Hanya beberapa orang yang saling bertukar kenangan. Â Seru banget. Kenangan seseorang yang selama ini disimpan rapi dalam benaknya, bisa dikeluarkan dengan riang di perpustakaan kenangan.Â
Anehnya, setiap kenangan yang telah diceritakan di perpustakaan tak hangus, kenangan itu hanya mampu berputar putar di dalam gedung dan dapat dinikmati oleh orang yang datang kemudian.Â
Cerita tentang kumpulan kenangan di perpustakaan kenangan menyebar ke seantero kota kecil itu. Sehingga orang berbondong-bondong. Â Bahkan akhir akhir ini, pengunjung perpustakaan bukan hanya dari sekitar kota kecamatan, ada yang dari kota kabupaten, provinsi, bahkan dari ibukota.Â
Kota kami pun banyak dikunjungi orang. Bahkan diliput oleh sebuah stasiun televisi. Â Hingga kenangan di perpustakaan kenangan akhirnya tak tertampung dan meluber ke luar gedung.Â