Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Front Penyelamat Kota

20 April 2020   07:32 Diperbarui: 20 April 2020   07:33 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sodli bukan siapa-siapa, sebelum peristiwa itu  terjadi. Dia cuma seorang pengangguran yang setelah capai menerima berbagai penolakan terhadap lamaran kerjanya. 

Dia hidup di kota J. Bukan kota besar tapi cukup ramai untuk sebuah kota kecil.  Di kota J memang pembangunan begitu masif. Orang yang 1 tahun tak melihat kota J, pasti akan kaget ketika dia melihat kondisinya sekarang. 

Sudah ada mall besar yang tak pernah sepi pengunjung. Ada juga kafe kafe yang seakan tak ada waktu senggangnya.  

Penduduk kota tentu senang dengan kemajuan kotanya. Cukup banyak pemuda pengangguran yang sekarang dapat pekerjaan.  Walaupun kadang cuma kebagian sebagai juru parkir kafe. 

Hanya Sodli yang masih menjadi pengangguran murni. Tak ada kerjaan apa apa kecuali mabok.  Hampir setiap malam ia mabok. Dan jangan ditanya Sodli berada jika pagi tiba. Kadang-kadang, Sodli sudah nyungsruk ke dalam got ketika matahari mulai menampakan senyumnya di ufuk timur. 

"Setan. Kota ini sudah dipenuhin setan. Tak ada celah sedikitpun kecuali kita akan bertubrukan dengan setan. Dimana mana setan. Setaaaaaaan! " ocehan Sodli yang kemudian berubah menjadi ideologi hidupnya. 

Ocehan ocehan Sodli tadinya tak ada yang peduli. Kecuali untuk pemuda pemabok yang juga teman Sodli. 

"Kita memang telah diganyang setan setan. Kita harus melawan. "

Berdua akhirnya bersekutu. Mereka ingin melenyapkan setan dari kota yang telah melahirkan mereka ke dunia fana ini. 

"Kita bakar sarang sarang setan! "

Ketika inilah mereka berdua mulai memiliki banyak pengikut.  Karena Sodli sebagai penggagas maka mereka pun sepakat untuk mengangkat Sodli sebagai ketuanya. 

"Ketua? Ketua apa? " tanya Sodli. 

"Kami sudah bentuk organisasi, Bang. Namanya Front Penyelamat Kota, " Jawab salah seorang. 

"Kita akan sambangi tempat tempat setan yang telah menyengsarakan kita. Kita bakar habis!" tambah temannya. 

"Bakar! "

"Bakar! "

"Bakar! "

"Bakar! "

"Bakar! "

Teriakan itu begitu menggema. Melangitkan dendam dendam mereka terhadap kotanya sendiri. 

Dan sejak saat itu, Sodli sudah menjadi orang terhormat. Sudah menjadi seorang Ketua organisasi yang ditakuti. 

Tak ada kata maaf, jika ada yang berani melawan Sodli berarti melawan kebenaran. Sudah berani melawan Otoritas kota J. 

Pengikut Sodli sudah banyak banget.  Sehingga wali kota pun tak berani. Karena, dia menjadi walikota juga berkat kerja Sodli dan organisasi nya. 

Sodli yang dulu tak diterima untuk bekerja di mana mana, sekarang sudah tak butuh harta. Setiap hari uang mengalir ke rekening rekening nya. 

Jika kau mampir ke kota J, kamu pasti akan mampir ke kafe kafe yang sekarang sudah semakin modern. Kafe kafe itu milik Sodli. Tentunya, setelah pasukan penyelamat kota miliknya membakar kafe kafe lama yang enggan memberi upeti kepada nya. 

Jangan sebut nama Sodli sembarangan. Jangan mengutuk Front yang dipimpinnya asal asalan. Jika kamu masih sayang hidupmu sendiri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun