"Kenapa? "
"Katanya penyakit berbahaya."
"Pantesan kita disuruh minggir."
Mereka pula yang menguruk lubang kuburnya. Kemudian, ketika semua selesai, mereka pulang. Masih menggunakan pakaian pakaian aneh.Â
Malamnya diadakan tahlilan. Tapi, di rumah masing-masing. Kang Kodar memimpin tahlilan dari toa mushala.Â
Tahlilan paling aneh. Mungkin karena matinya Selasa Kliwon, batinku.Â
Dan tekadku sudah jelas. Nanti malam aku harus mengambil tali pengikatnya. Sudah terlalu lama menunggu. Entah kapan lagi ada yang meninggal di Selasa Kliwon.Â
Singkat cerita. Walaupun aku harus berjibaku malam-malam buta. Akhirnya, aku dapatkan juga tali pengikat mayat itu. Aku uruk kembali kuburan seperti semula. Dan tak mungkin ada yang menduga jika kuburan itu sudah dibongkar orang.Â
Aku simpan rapi tali itu di dalam sebuah kotak kecil. Kotak itu aku selipkan di antara baju di lemari. Minggu depan aku akan bawa ke rumah Ki Sonte. Dan, cita-cita ku akan segera tercapai.
Tapi kenapa tenggorokan ku mulai terasa gak enak ya?Â