Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Para Jemaah Jumat yang Bandel

11 April 2020   21:28 Diperbarui: 11 April 2020   21:30 2363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MUI sudah jelas jelas melarang pelaksanaan solat jumat di daerah yang terdampak wabah korona.  Jangankan solat jumat, solat wajib pun diharapkan untuk dilaksanakan berjamaah di rumah bersama keluarga.  

Tapi dasar otak ompong, imbauan MUI yang sudah jelas jelas mumpuni dalam bidang agama masih juga diragukan.  Kalau orang yang meragukan ilmunya sebanding dengan ilmu yang dimiliki para ulama yang duduk di MUI, maka bisa dianggap sebagai khilafiyah.  Dan dalam Islam, perbedaan sering dianggap sebagai rahmat bukan sesuatu yang harus diributkan. 

Persoalannya, yang meragukan imbauan MUI tersebut cuma mantan preman.  Sebetulnya, bagus kalau ada preman yang bertaubat. Tapi jika si preman pensiun tersebut mendadak merasa ilmunya sudah sebanding bahkan melebihi ulama yang rata rata sudah menimba ilmu sejak masih balita, maka hal demikian menjadi sangat menggelikan. 

Anehnya, preman pensiun ini kemudian memiliki banyak pengikut. Terus, mereka teriak teriak, "Tak boleh ada yang ditakuti oleh orang beriman kecuali Allah. Suruh korona ke sini, ke masjid. Pasti mampuss tuh korona oleh doa doa kita orang soleh. "

Akhirnya, ustad yang seringkali menjadi imam masjid dan tahu betul kapabilitas MUI dan dongoknya orang orang yang memaksa masjid tetap mengadakan solat jumat, itu kewalahan. Lurah juga kewalahan. Apalagi lurah yang langsung dibilang munafik dan kafir hanya karena berupaya menjalankan kebijaksanaan negara dan juga imbauan MUI.  Pak Camat juga sudah tak dihiraukan. 

Akhirnya, ada ide dari si Ujang.  Tak banyak orang yang tahu si Ujang ini. Memang dia jarang jamaah. Ujang datang ke masjid tempat solat jumat dipaksa diadakan. 

"Assalamu'alaikum, " kata Si Ujang kepada sebut saja namanya Dogol.  Preman pensiun yang maksa adanya jum'atan. 

"Waalaikumsalam, " jawab Dogol. 

"Alhamdulillah, Pak. Saya sudah muter miter daerah sini, tak ada satu masjid pun yang mengadakan solat jumat.  Untung di sini ada., " kata Ujang. 

"Silakan masuk, Pak. "

"Saya ini sudah divonis positif korona tapi belum bisa masuk rumah sakit. Rumah sakit penuh. Saya sedang isolasi diri film rumah. Cuma saya pikir pikir, sebentar lagi saya pasti mati karena korona yang ada dalam tubuh saya. Kalau saya mati tapi belum jum'atan saya takut masuk neraka, " kata Ujang agak panjang sambil menyalami semua jemaah yang berdatangan. 

Mendengar keterangan Ujang, jamaah yang tadi sudah sempat salaman dengan si Ujang langsung pucat.  Termasuk si Dogol yang dari kemarin demen teriak teriak langsung mingkem. 

"Jadi bapak sudah positif korona? "

"Iya. Bapak tak takut korona kan? "

Mendadak jemaah pulang satu per satu. Dan Jumatan dibatalkan sesusai imbauan MUI. 

Ngeper juga mereka. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun