Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Laki-laki yang Terbunuh Menjelang Maghrib

8 April 2020   20:20 Diperbarui: 8 April 2020   20:20 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teriakan itu benar-benar mengagetkan orang orang yang hendak pergi ke masjid untuk melaksanakan solat Maghrib.  Teriakan dari seorang wanita yang panik tingkat dewa. Jeritan menyayat dan melengking. 

Orang orang akhirnya, berduyun menuju asal lengkingan.  Seseorang tampak tergeletak.  Perempuan. Mungkin perempuan yang tadi berteriak. Kemudian langsung pingsan. 

Karena tak jauh dari perempuan yang pingsan ada sosok tubuh lain. Sepertinya laki-laki. Dia masih menggunakan sepatu. Celana jins. Dan kaos oblong warna hitam. 

Orang orang mengangkat perempuan yang pingsan. Dibawa ke rumah paling dekat. 

"Ada apa? " tanya wak Diroh. Nenek yang punya rumah paling dekat. 

"Ada yang pingsan, Nek. "

"Siapa? "

Pertanyaan Wak Diroh menyadarkan kami semua. Tak ada dari kami mengenal perempuan itu. 

"Mungkin tetangga kampung? " kata seseorang. 

"Ngapain? " tanya Wak Diroh. 

Lagi lagi kami bingung menjawabnya. Lagi ngapain perempuan itu, ada di tempat itu, di saat menjelang Maghrib? 

Beberapa orang kembali ke tempat laki-laki yang tergeletak.  Ada darah yang masih mengalir dari perutnya.  Walaupun tak ada benda tajam di sekitar itu. 

Kami tak berani mendekatinya.  Salah seorang dari kami berinisial menghubungi kepala desa. 

Tak begitu lama, kepala desa datang.  Bersama kepala desa, ada polisi desa dan carik atau sekretaris desa. 

Mereka juga tak berani bertindak. Akhirnya, mereka melaporkan kepada polisi di Polsek yang tempat nya agak jauh. Di kota kecamatan. Mungkin sekitar tiga puluh menit jika mereka naik motor. 

Itu jika mereka sedang di kantor.  Jika sedang ada di luar atau di rumahnya karena sudah menjelang Maghrib, maka waktu kedatangan polisi akan lebih lama lagi. 

Sementara itu, perempuan yang tadi berteriak dan pingsan, baru saja siuman. Sayang, belum bisa ditanya apa apa karena masih kebingungan sendiri. 

Beberapa orang bergantian solat maghrib.  Tapi, sampai kemudian datang suara azan Isya, polisi dari polsek belum juga sampai. 

Sampai cerita ini ditulis, polisi tetap belum datang. Sedangkan perempuan yang tadi menjerit sudah minum dua gelas teh manis, tapi tetap belum bisa diajak bicara.

Ya, udah kita sambung kapan kapan. Kelamaan nunggunya. Iya, kan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun