Kecuali hari Minggu, ada tetangga yang jualan lauk mateng. Sehingga kami tak perlu capai capai masak atau mencari lauk jauh jauh.Â
Tapi, hari ini hari Minggu, jadi tetangga ku itu tak jualan. Â Sehingga aku harus mencari keluar rumah.Â
Anakku minta dibelikan bebek. Â Dan sambelnya memang khas, sehingga bikin anakku nambah makannya. Catatan, selain dengan lauk bebek, makan anakku cuma seuprit.Â
Dan tukang jual bebek posisinya lumayan jauh dari rumah. Tak apa. Bosen juga sudah dua minggu di rumah melulu.Â
Sepanjang jalan, aku perhatikan betul. Â Ada tukang nasi kuning yang gerobak nya teronggok begitu saja. Sepertinya sudah pulang kampung. Â Ada juga penjual nasi uduk yang tak terlihat lagi. Â Tukang bubur yang juga cuma meninggalkan trotoar tempat biasanya mangkal.Â
Jalanan sudah mulai sepi saja. Atau memang karena adanya himbauan untuk menjaga jarak dan di rumah saja? Bisa juga.Â
Singkat cerita, saya sampai ke tempat tukang jual bebek. Â Ternyata tak ada. Kosong. Melompong. Tinggal kesunyian.Â
Eh, ada tukang gorengan yang masih dagang. Aku dekati. Terus aku tanya, "kemana kiranya tukang bebek itu? "
"Sudah pulang, Mas, " jawab si tukang gorengan.Â
Yah, mendadak aku pun kecewa. Untung tadi bawa HP. Aku telpon anakku pengin ganti makan apa.Â
Ngomong ngomong, bukannya mudik dilarang ya? Oh, ternyata tak dilarang, hanya dihimbau. Â Kalau cuma dihimbau, kayaknya gak bakalan ditaati deh. Â Orang orang, bahkan kabarnya juga di Italia, gak ada yang mau dengerin himbauan. Himbauan dianggap angin lalu belaka.
Mungkin perlu ketegasan pemerintah. Ah, tapi pemerintah lebih sering terlihat cengengesan. Â Gak punya wibawa. Karena kelakuan sendiri, karena mungkin pada awalnya banyak yang ingin mewibawakan pemerintah.Â
Terus berharap korona segera berakhir? Â Tak ada jalan lain kecuali kerja bersama. Dengan serius, tentunya. Kalau tenaga kesehatan, yang ada di barisan paling depan dalam perang darurat ini perlu senjata untuk melindungi dirinya, mari kita bersama sama sama menyumbang membelikan APD. Pemerintah juga sigap. Lupakan dulu ibukota baru. Gunakan dananya untuk para pejuang tersebut.Â
Lupakan juga formula e. Yang gak guna itu. Fokus apa yang di depan mata.Â
Ah, gimana gitu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H