Nyepi biasanya hanya di Bali. Tapi, Nyepi tahun ini seperti nya dilakukan di seluruh negeri, bahkan di seluruh dunia.Â
Ada gemuruh yang membisingkan di luar. Ada yang menggelegar di dalam sanubari. Itulah, fenomena keseharian kita sebagai manusia.Â
Kadang kita takut sepi. Takut sunyi. Hingga segalanya dibuat bingar. Segalanya menjadi begitu sesak.Â
Sampai akhirnya pada suatu titik. Â Bahwa kita tak mungkin terus hingar. Tak mungkin kita terseret dalam kesibukan tanpa arti.Â
Dan kita butuh sunyi. Butuh sepi. Butuh jeda waktu untuk melirik ke dalam. Butuh waktu untuk merefleksi. Karena dunia bukan sekadar hingar tapi juga juga sepi.Â
Mungkin korona sebuah jeda yang diberikan Tuhan untuk mengingatkan bahwa kita perlu juga menyepi. Kita perlu juga menyendiri. Di rumah rumah. Di hati hati.Â
Alam sendiri mungkin juga sudah capai. Alam mungkin sudah terlalu lelah. Jika harus melayani keserakahan makhluk bernama manusia.Â
Alam mungkin perlu rehat. Untuk sekadar duduk tepekur melihat ke dalam. Karena selama ini terus menerus disuruh berlari, berlari, dan berlari.Â
Aku sendiri bukan orang Hindu. Tapi, aku meyakini kebaikan yang dibawa oleh semua agama. Jadi, kenapa terkadang ada pertengkaran atas nama agama? Orang yang tak beragama lah yang mungkin tak punya pijakan moral.Â
Dan Nyepi sekarang bukan hanya di Bali. Indonesia juga harusnya Nyepi. Tinggalkan dan tanggalkan kesombongan. Tinggalkan dan tanggalkan keserakahan. Tinggalkan dan tanggalkan ego yang sudah terlalu lama mengomandoi hidup kita.Â
Selamat Hari Raya Nyepi, bagi mereka yang merayakan nya.Â