Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kematian Bunga

24 Maret 2020   16:41 Diperbarui: 24 Maret 2020   17:12 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamu tak mengenal Bunga jadi kamu tak punya beban apa apa ketika berita kematiannya nangkring di grup WA mu. Tapi aku? 

Sudah lama emang, tapi kejadian itu seperti baru kemarin saja. 

"Harus?"

Aku pelan pelan mengangguk. Pelan sekali. Seperti sebuah pertempuran yang lebih dasyat yang akan di hadapinya. 

"Tak ada pilihan atau tak mau meminta pilihan?"

Kenapa aku terkadang membencinya? Karena otaknya yang terlalu cerdas. Terlalu kritis. Dan selalu menjadikanku sebagai laki-laki bodoh di hadapan nya. 

Terus aku harus jawab apa? 

Untuk saat ini memang jelas tak ada pilihan. Tapi sebelum surat tugas itu tertandatangani, sebetulnya aku bisa menawar untuk menolak atau minta diganti. Walaupun resikonya akan ada tanda bintang di setiap daftar namaku. 

Aku menggeleng. Juga dengan amat sangat pelan. Seperti sebuah keraguan yang teramat berat. 

"Ya udah."

Dan setelah itu segalanya berubah. Hari hariku terbebas tapi juga tertekan.  

Hingga kemudian aku kembali ke kota ini. Kota yang begitu dicintai Bunga sebagai seorang dokter. Dua minggu lalu. Saat korona menjadi headline di seluruh koran yang ada di negeri ini. 

Sebagai dokter, Bunga bekerja tanpa jeda. Entah kecintaan pada profesinya sebagai seorang dokter. 

Yang jelas, menurut temanku satu kota, Bunga sudah menjadi seperti sebuah fosil yang kehilangan kehidupannya. 

Dan hari ini, hari terakhir Bunga menikmati dunia. 

Kamu tahu kan kenapa kematian Bunga tidak menjadi kematian biasa? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun