Salah satu menteri yang cemerlang di periode pertama kekuasaan Jokowi adalah Susi Pudjiastuti. Â Hampir semua kesana terhadap beliau adalah kesan positif. Susi bukan hanya berpihak kepada nelayan tapi juga masa depan. Hidup bukan sekadar hari ini. Ada anak cucu yang juga menitipkan negeri ini kepada kita.Â
Menteri yang pada awalnya diremehkan karena SMA pun tak tamat. Â Tapi, kemudian semua yang meragukan dibuatnya terbelalak dengan terjangan terjangan nya.Â
Persoalan pertama, adalah persoalan pencurian ikan. Sebelum Susi, ada kesan lembek negara di depan mafia perikanan. Mafia yang lingkupnya sudah bukan lagi nasional tapi sudah internasional. Hampir dapat dikatakan tak mungkin ada yang sanggup melawan kedigdayaan mafia ikan tersebut.Â
Gebrakan Susi menenggelamkan kapal kapal pencuri ikan sering dipertanyakan. Kenapa harus ditenggelamkan? Bukankah perahu tersebut bisa dimanfaatkan?Â
Mereka yang bertanya seperti itu jelas mereka yang tak tahu persoalan. Â Selama ini, perahu pencuri ikan yang ditangkap kemudian dilelang. Â Dan siapa pemenang lelah kapal pencuri ikan? Ternyata mafia mafia juga. Caranya? Dengan meminjam tangan lain.Â
Dan memang tak ada cara lain untuk membuat mereka jera kecuali ditenggelamkan. Â Dan sejarah telah membuktikan bagaimana para pencuri ikan menjadi takut kepada Susi kepada negeri ini setelah kenekadan Susi menenggelamkan semua kapal pencuri ikan.Â
Dan kepedihan muncul, saat menteri KKP yang baru meninju kebijakan hebat ini. Â Akankah pencuri pencuri ikan akan kembali marak? Sejarah akan mencatat.Â
Kedua, masalah ekspor bibit lobster juga mengalami nasib hampir sama. Ketentuan yang telah dibuat Bu Susi akan ditinjau ulang. Sebuah penghalusan saja dari upaya mengembalikan pada zaman sebelum Susi.Â
Semua tahu harga bibit lobster mahal. Â Sehingga ekspor bibit lobster sangat menggiurkan siapa pun. Â Lalu kenapa Susi melarang ekspor bibit lobster yang menguntungkan tersebut?Â
Susi melihat jauh ke depan. Â Bibit lobster mahal, tetapi jika bibit lobster itu dibesarkan maka harganya menjadi puluhan kali lipat mahalnya. Â Sehingga, pelarangan ekspor bibit lobster akan lebih menguntungkan jika ekspor dilakukan setelah lobster besar.Â
Secara ekonomi menguntungkan. Â Apalagi jika dilihat dari kesinambungan. Penjualan bibit lobster akan membuat kita dirugikan.Â
Ini juga dinegasikan oleh Eddy Prabowo. Â Sebentar lagi kemungkinan akan diperbolehkan ekspor bibit lobster. Apalagi ada selentingan dukungan dari menko kemaritiman dan investasi.Â
Ketiga, kebijakan Susi tentang penggunaan cantrang. Â Demi, lingkungan laut yang terjaga, penggunaan cantrang harus diatur ukurannya. Penggunaan cantrang secara sembarangan pasti akan merusak terumbu karang sebagai rumah dan pembiakan kehidupan laut.Â
Dan hasilnya, para nelayan semakin melimpah penghasilan mereka. Â Ini berarti ada dua keuntungan, ekonomi dan lingkungan.Â
Lagi lagi kebijakan bagus ini sedang ditinjau ulang. Â Dan biasanya, kata kata ditinjau ulang bermakna akan muncul kebalikannya.Â
Saya sedih, kenapa menteri KKP baru seakan hanya mampu menegasikan kebijakan yang sudah bagus dibuat oleh pendahulunya. Â Petisi agar Susi tetap dipertahankan sebagai menteri KKP seakan membenarkan bahwa hanya Susi yang berani melawan mafia laut.Â
Ah, apa ini salah Jokowi yang telah menempatkan orang? Kalau iya, semoga segera tersadarkan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H